Pages

Minggu, 13 Desember 2015

Tolong Tanyakan Ini

Pertanyaan "apa kabar?" kadang cuma sekedar basa basi. Formalitas. Pertanyaan klise yang diajukan ketika bertemu orang yang dikenal karena ngga tahu harus ngomong apa.

Kadang.

Tapi kadang ngga. Kadang ada juga "apa kabar?" yang tulus, yang benar-benar didasari peduli, yang diajukan untuk menebus waktu yang terlewat tanpa adanya kabar.

Tapi lepas dari itu tulus atau cuma basa basi, saat ini aku ingin sekali diajukan pertanyaan itu.

"Kamu apa kabar?"

Dan akan aku jawab dengan..

"Aku ngga baik. Aku capek. Akhir-akhir ini capek sering datang, sampai kadang aku capek dengan rasa capek."

Rabu, 02 Desember 2015

Luka

luka tak harus berbekas toreh
nyeri tak harus bercucur darah

kadang ada luka
letaknya jauh di dalam
lebih dasar dari batin
tak tertampak toreh
tak terlinang darah
namun tak kalah mengilukan

nyeri sekali

apa yang harus dilakukan
terhadap luka seperti itu?

(Serpong, 2 Desember 2015)

Waktu Hampir Habis

Kelalaian terfatal manusia adalah banyak menyepelekan hal penting.

Kebodohan terbesar manusia adalah berpikir mereka punya banyak waktu.

Akar penyesalan termiris manusia adalah banyak menyepelekan hal penting karena berpikir mereka punya banyak waktu.

Aku, si pandir yang sedang menyesali kelalaian dan kebodohannya.

(Kebayoran, 2 Desember 2015)

Selasa, 17 November 2015

Ganti Nama Hoi!

Halo!

Bagi yang suka maen-maen ke blog roseseesstars.blogspot.com, sekarang blognya ganti alamat yah, jadi limbahkata.blogspot.com.

Ganti nama bukan buat buang sial, apalagi karena sering sakit-sakitan. Sama sekali bukan. Cuma kok ya rasanya nama blog yang dulu ribet banget gitu, sulit diinget dan dieja. Ngga memorycatching. Aku sendiri pun kadang kesulitan.

"Duh, alamat blog huruf es-nya ada berapa ya, satu apa dua? Satu takut kurang dingin, dua nanti kebanyakan, lagi pilek kan. Yowes ngga pake es biar anget."

Gitulah.

Lalu tiba-tiba terpikir, mungkin itu sebabnya kenapa blog ini masih kurang ramai. Ya, karena ngga ada gelas yang pecah!

Ngga deng. Ya bisa jadi karena nama yang susah. Yang pernah berkunjung terus mau maen lagi ngga inget nama blognya apa. Sekalinya inget nama, ngga inget ejaannya. Sekalinya inget ejaan, ngga inget dirinya siapa. Maka dari itu kuganti ajalah dengan nama yang lebih gampang. Limbahkata. Harus hati-hati nih ngetiknya, takut typo jadi limbadkata. Lah kalau limbadkata mah tiap postingan isinya "...." doang.

Kenapa namanya limbahkata? Alasan terbesarnya adalah..

..seret ide.

Udahlah, jangan tanyakan kenapa, lebih baik coba tanyakan apa yang sudah kamu lakukan untuk negara.

Azeg.

Udah dulu ah, mau ngumpulin niat buat lanjutin skripsi nih. Sering-sering mampir ya, yang punya rumah ngga galak kok.

Bhay! :)

Rumput

Siapalah yang paling tegar ketika dihantam badai?

Gaharu?

Angsana?

Beringin?

Bukan..

Dialah rumput, yang terkuat. Tegar, bukan karena dia tinggi, tapi karena dia merendah.

Dia merendah, sebab dia tahu tak pantas meninggi selama ada Dia Yang Maha Tinggi.

Kini di hadapan Dia, kutundukan diri serendah-rendahnya hingga kening rekat dengan tanah.

Tegarkan aku, Tuhan. Sekuat rumput.

(Tanah Abang, 17 November 2015)

Sabtu, 07 November 2015

Seperti Hujan

Maafkan, jatuh cintaku tak hanya sekali.

Seperti hujan, cintaku jatuh berkali-kali.

Seperti hujan, tetesnya berkali-kali jatuh, namun selalu pada bumi yang sama.

Seperti hujan, cintaku berkali-kali jatuh, namun selalu pada nama yang sama.

Namamu..

(BSD, 7 November 2015)

Selasa, 03 November 2015

Ocehan Lagi

Hidup ini bukan puncak gedung Burj Khalifa yang tinggi menjulang di atas awan, yang bahkan saking tingginya ngga perlu mendongak untuk menatap langit. Bukan juga dasar terdalam palung Mariana di mana satu-satunya cahaya yang terlihat hanya antena angler fish yang ternyata membawa maut.

Hidup ini -seperti yang banyak diucapkan orang- serupa roda. Ada masanya tinggi menantang angin, ada masanya tersungkur jatuh menghantam tanah. Sebagaimana roda, dia berputar. Ngga selamanya selalu ada di titik teratas dan ngga bakal terus-terusan ada di titik terbawah. Namanya hidup ya begitu.

Rodaku sendiri saat ini kayaknya sedang berputar ke bawah. Masalah-masalah dan hal ngga ngenakin mulai berkerumun datang. Kecil sih, tapi cukup bikin pikiran dan perasaan awur-awur ngga karuan. Yah, orang lebih sering kesandung kerikil kecil kan daripada batu besar?

Menghadapi perputaran rodaku, aku ngga mau naif, ngga mau berpura-pura jadi miss optimis yang selalu berpikiran positif tentang kehidupan. Aku bukan Mario Teguh yang dalam kondisi serendah apapun selalu bisa menuangkan optimisme dalam wujud kalimat motivasi pembangkit semangat. Maka persetan dengan optimisme, aku lakukan apa yang dilakukan orang-orang tersuruk lainnya.

Aku mengeluh, merutuki semua hal. Semua terasa salah. Ingin rasanya menyalahkan Tuhan dengan segala ketentuan perihal nasib dan takdir-Nya, tapi sayang imanku melarangku. Aku marah, kosakata umpatan terkeji berkumpul di ujung lidahku, memberontak ingin dikeluarkan. Tapi lagi-lagi imanku melarangku. Maka kutumpahkan semua yang tak terkatakan lewat sedu sengguk pada bantal hingga membekas basah.

Aku bukakan pintu selebar-lebarnya bagi kesedihan. Kubiarkan dia masuk, mengambil alih seluruh kendali atas rasa, pikiran, dan inderaku. Dan lihatlah, apa yang dia perbuat.

Semangat hidupku meruap, lenyap tak meninggalkan sisa. Dunia mendadak kehilangan warna. Yang tersisa hanya dua, hitam dan kelabu. Rasanya seperti sekumpulan Dementor berkeliaran di sekitarku. Aku lupa rasanya bahagia.

Salahkah yang kulakukan?

Rasanya tidak.

Optimisme, pikiran positif, dan semangat bukan jagoan dalam film superhero yang dikisahkan selalu menang. Terkadang mereka pun terkapar tak berdaya dibantai pesimisme, frustasi, dan putus asa yang brutal. Dan rasanya itu bukan kelemahan, lebih tepat dikatakan manusiawi. Boleh jatuh, asal jangan lupa bangkit lagi. Boleh bersedih, tapi ingat untuk berbahagia lagi. Hidupku boleh babak belur tergencet roda nasib, tapi semangatku harus tetap bertahan hidup untuk berjuang menaikkan rodanya lagi. Begitu kan?

Senin, 19 Oktober 2015

Postingan Gara-Gara Bibir

Aku mengambil tisu, lalu menempelkannya ke bibir yang sedari tadi kugigiti. Nampak noda merah menempel di tisu.

"Heh, gigitin bibir lagi lu yak?" ketus Jerapah. Ternyata dari tadi dia merhatiin aku.

"Ehehehe.." aku nyengir ke arahnya, sebisa mungkin menampakan wajah polos tak kenal dosa.

"Ntar kalau bibirnya terus-terusan lu gigitin, lukanya lama-lama bisa parah. Bibir lu bisa diamputasi!"

Eekk. Aku keselek ludah sendiri. Apa pula amputasi bibir. Aku melirik kantung snack makaroni-makaronian di depan Jerapah yang sekarang tinggal setengah. Benar ternyata, terlalu banyak mengkonsumsi mecin dan MSG bisa mengganggu fungsi otak.

"Bayangin bibir lu nanti diamputasi. Lu ngga bisa ciuman!"

Eekk. Kali ini aku keselek makaroni yang tadi kucomot. Pelis, dari sekian banyak hal yang bisa dilakuin make bibir macam suit-suitin mas ganteng di pengkolan atau foto gaya duck face dari atas, entah kenapa hal yang pertama dia pikirin adalah ngga bisa ciuman. Pikirannya pastilah khusus dewasa. Mentalis yang mau baca pikirannya minimal harus punya KTP. Yang di bawah umur dilarang baca.

"Emang apa enaknya sih gigit-gigitin bibir sampai berdarah gitu? Sakit kan!"

Aku diam. Tisu masih kutempel di bibir. Noda merahnya nambah. Entah ya, kenapa ya?

Jujur iya, sakit. Apalagi pas bagian ternyerinya kegigit. Duh Gusti nu agung.. pedih sungguh adek rasakan. Ngga selesai sampai situ, bekasnya pun masih nyisain perih pas kena makanan panas atau berbumbu. Smash bikin lirik cenat cenut pastilah terispirasi dari ini.

Tapi dibalik semua nyeri yang kurasain, diam-diam ada kenikmatan yang terselip. Ada kepuasan kecil ketika bagian terpedih berhasil kegigit. Ada candu ringan dalam lapisan bibir yang mengelupas, menimbulkan adiksi di setiap luka.

Dan aku nemu jawaban dari pertanyaan Jerapah.

Kenapa aku suka gigitin bibir?

Karena ternyata diam-diam aku penikmat luka. Sama seperti aku diam-diam nikmatin pahitnya kesedihan, sengaja masang lagu sendu penambah nelangsa, nenggelamin diri di lautan lara lebih dalam. Diam-diam aku nikmatin itu.

Ah, kayaknya aku harus kurangin konsumsi mecin.

Minggu, 04 Oktober 2015

Tidak Boleh Ada Yang Mengganggu Adikku

Tidak boleh ada yang menggangu adikku. Seorangpun tidak boleh. Maka ketika Toni dan Ando mencegat adikku dan mencoba merampas uang jajannya, kulemparkan batu ke arah kepala mereka hingga mereka lari tertunggang langgang. Rasakan itu.

Tidak boleh ada yang membuat adikku sedih. Maka ketika adikku menangis karena takut dimarahi guru matematikanya yang galak perihal buku PR-nya ketinggalan di rumah, dengan segera kuantarkan bukunya  dan kuselipkan dalam tasnya. Melihat wajah terkejutnya yang bahagia mendapati buku PR-nya ada di tas, sungguh membuat perasaanku melonjak.

Tidak boleh ada yang menyakiti adikku. Seekor nyamuk pun tidak. Maka ketika malam tiba, seringkali kudatangi dia yang sedang pulas tertidur. Menjaganya dari makhluk bawah tempat tidur atau dalam lemari yang sering membuatnya takut. Tapi seringnya sih membetulkan posisi selimutnya karena gaya tidurnya yang tidak mau diam.

Tidak boleh ada yang melukai adikku. Tidak siapapun dan apapun. Maka seminggu lalu, ketika sebuah mobil melesat nyaris menghantamnya, kupasrahkan tubuhku menjadi tameng untuk melindunginya. Tidak apa-apa dik, itulah tugas kakak. Dan hingga kamu besar nanti, kakakmu akan selalu ada untuk menjagamu, aku janji!               

#RIDDLE Ibu

"Assalamualaikum, aku pulang."

Hening. Ngga ada jawaban. Sudah pasti. Walaupun aku sudah tahu ngga bakal ada yang jawab, tapi sudah jadi kebiasaan yang ditegakkan oleh Ibu untuk mengucap salam ketika masuk rumah. Biasanya Ibu yang akan menjawab lalu menanyakan apa aku sudah makan atau belum, tapi kini hanya hening yang menjawab.

Aku melempar tas sembarangan dan segera mengenyakkan diri di sofa. Ngga masalah. Toh ngga ada Ibu yang bakal marah-marah nyuruh aku untuk ngeletakin di tempat yang benar. Dulu aku sebal. Tapi sekarang aku berharap sekali omelan itu terdengar lagi. Benar ya apa kata orang, seringkali kita baru sadar betapa berharganya suatu hal setelah hal itu hilang.

Aku masih ingat sekali, seakan baru terjadi kemarin. Saat itu pukul 3 sore. Aku masih di kantor, masih menyelesaikan design website pesanan klienku. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Dari Bu Handoko, tetanggaku. Dengan suara bergetar penuh isak, ia mengabarkan kalau Ibuku tertabrak mobil di jalan depan rumahku. Pikiranku mendadak kosong. Tubuhku terasa kebas. Nafasku sesak. Ibu pergi, menyusul Ayah yang sudah lebih dulu dijemput malaikat Izrail ketika aku masih di perut Ibu. Ibu pernah bilang laki-laki harus kuat, pantang meneteskan air mata. Tapi aku ngga bisa mengendalikan kelenjar air mataku saat itu. Dan saat ini juga.

Hari ini tanggal 5 Oktober. Tepat 4 bulan Ibu pergi. Sungguh aku rindu sekali pada Ibu. Dan tiba-tiba saja rinduku menjelma sesak yang memompa kelenjar air mataku. Dan seperti anak kecil, aku menangis hingga ngga sadar aku ketiduran. Tiba-tiba saja aku terbangun karena alarm hapeku berbunyi. Jam 5 subuh. Aku menghempas selimut dari badanku dan segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Saatnya mengirim doa untuk Ibu dan Ayah.
Rabu, 23 September 2015

Pertamaku

Saat itu jam santai. Dan udah kodratnya perempuan kalau ngumpul sama kawanannya hal yang dilakukan pastilah ngerumpi. Aku dan kawan sekantorku ngobrol ngebahas macam-macam hal, dari alis Ivan Gunawan, sampai hukum kekekalan energi Einstein, semua dibahas. Entah bagaimana jalan ceritanya, tiba-tiba sampailah kami pada topik tentang dia yang pertama. Ramai teman-temanku berkisah tentang sosok pertama mereka, sementara aku lebih banyak diam menyimak. Pikiranku pun terbawa, lalu secara ngga sadar berkelana ke masa lalu dengan mesin waktu bernama kenangan, menemui dia, pertamaku. 

Pertamaku, laki-laki berambut ikal yang kutemui ketika pola pikir, seragam, dan masa depan bagiku masih abu-abu. Masa ketika ketawa wkwkwkwk masih gaul dan gorengan harganya masih 500 perak. 

Pertamaku bukan anak populer yang dikenal semua angkatan karena aktif di ekskul atau organisasi. Bukan juga anak nakal yang sering ditempatkan di barisan berbeda tiap upacara karena datang terlambat atau lupa pakai topi. Pertamaku adalah laki-laki pendiam dengan dunia di balik buku, yang ketika istirahat siang tujuan pertamanya adalah masjid, bukan kantin sekolah. Sedangkan aku saat itu hanya bocah remaja biasa yang masih suka ngemutin jari berbumbu bekas ciki. Kalau ditimbang dari berbagai aspek seperti karakter, penampilan, rupa, sifat, latar belakang, ideologi, serta visi dan misi, jelaslah ngga sedikit pun aku masuk dalam kriterianya. Maka dari itu, aku mutusin untuk nyimpan perasaan aku sendiri dan ngagumin dia diam-diam dari jauh. Jadi pemuja rahasia.

Selain panas dan listrik, cinta pun harusnya turut dicantumkan dalam buku IPA sebagai salah satu sumber energi. Terbukti, aku ngga pernah kekurangan energi dan semangat untuk berangkat lebih pagi ke sekolah. Selain mau nyalin PR yang belum dikerjain, juga berharap supaya bisa ketemu dia yang suka datang pagi. Bahagiaku saat itu ngga susah, hanya dengan ngelihat sosok dia dari kejauhan selama beberapa detik, cukup bikin aku cengar-cengir dengan wajah sumringah macam orang mabok tuak. Ngga perlu jauh-jauh mendaki gunung sampai berapa ribu mdpl untuk mengagumi ciptaan Tuhan, menjumpai dia pun udah cukup ngebuat mulutku menyebut nama-Nya mengucap puji-pujian.

Sayangnya, hokiku di urusan asmara ini lumayam apes. Aku ngga cukup beruntung untuk bisa ngejumpai sosoknya sesering yang aku mau. Ngga jarang aku berkhayal, berimajinasi tentang aku dan dia, dua pemeran utama yang dengan seringnya dipertemukan secara ngga sengaja oleh semesta. Khayalan dari yang sinetron banget macam aku dan dia ngga sengaja tabrakan di lorong sekolah berlanjut dengan kita bertatap-tatapan lama banget diringi lagu Yovie n Nuno, sampai yang ngga masuk akal tentang alien yang datang ke bumi ngasih aku dan dia kekuatan, lalu kita berdua sama-sama menumpas kejahatan di bumi. Yah, cinta emang kadang ganggu akal sehat.

Tapi kadang khayalan aja ngga cukup. Ada rindu yang jengah dengan wujud yang hanya bayang-bayang. Maka istimewalah hari Sabtu. Di sekolahku dulu, hari belajar efektif cuma dari Senin sampai Jumat. Sabtu bebas, bagi yang ada kegiatan ekskul dipersilahkan datang, bagi yang udah gumoh sama sekolah, di rumah aja pun ngga masalah. Sekarepmu. Maka hari Sabtu, sekolah ngga terlalu ramai macam hari biasa. Banyak ruangan kelas yang kosong ngga terpakai. Termasuk kelas dia. Kadang sehabis ekskul, kusempatkan untuk mendatangi kelasnya, menjumpai bangku yang terakhir kali dia duduki atau membaca deret namanya di jadwal piket kelas. Cukup dengan itu pun aku bahagia.

Hal lain yang kulakukan yang juga pasti dilakukan para pemuja rahasia seantero jagat semesta adalah mencari informasi tentang dia. Sedetail mungkin. Sebanyak-banyaknya. Kalau perlu berapa rata-rata asupan kalori yang masuk per hari pun cari tau. Informasi tentang dia, seremeh apapun itu, bagiku berharga banget. Aku pun tau banyak tentang dia. Dia orang Jawa, suka warna biru, ngga suka sepak bola, dan suka pelajaran IPA makanya dia masuk IPA. Seringkali aku membuncah bahagia ketika mendapati ada kesamaan antara aku dan dia, entah membaca buku yang sama, menyukai lagu yang sama, atau cebok dengan tangan yang sama, tangan kiri. Benakku berspekulasi sekaligus berharap, bisa jadi kesamaan itu pertanda kalau kami jodoh.

Temanku bilang cinta diam-diamku mengenaskan. Dia juga bilang aku mengiriskan. Dan dia pun bilang kalau cintaku ngga cukup besar karena baru dihantam gengsi aja babak belur lalu mundur. Aku balas bilang ke dia, cintaku emang ngga besar, kecil aja seukuran pasfoto, jadi bisa aku masukin dalam dompet dan aku bawa-bawa kemanapun pergi bareng KTP. Eh, kartu pelajar deng, masa itu kan belum punya KTP.

Seperti pelari yang lari di tempat, ngga beranjak ke mana-mana tapi energi terkuras habis. Jangan berharap bisa jadi pemenang yang pertama melewati garis finish, melangkah maju aja ngga. Begitulah kondisiku. Jangan berharap bisa jadi sesuatunya dia, eksistensiku aja dia ngga pernah sadar. Bisa ngilangin monas lalu munculin lagi di Jonggol bagiku bukan keajaiban. Kejaiban bagiku adalah ketika dia, sosok kita menaruh rasa, ternyata punya perasaan yang sama. Itu, keajaiban semesta yang bagiku hanya mitos.
Senin, 14 September 2015

Seputar Rosita

1. Plegmatis. Cinta damai. Jargon andalan "ngga papa" dan "terserah". But if i say it, i really mean it.

2. Thing i hate the most : suara alarm pas hari libur. Ugh. I hate it with all my heart.

3. Thing i love the most : kulit ayam fried chicken. Dan semangka. Dan buku. Dan gelembung sabun. Dan selimut. Dan kamu...

4. Gampang dibahagiakan. Dikasih duduk di kereta aja bahagia. Apalagi dikasih duduk di pelaminan kan.. #SiramanPakeAirKembang #KembangGula #LaluDisemutin

5. Susah dibedakan antara bad mood atau kebelet pup karena gejalanya sama, sama-sama jadi diam sendirian di pojokan. Tau-tau dilalerin.

6. Daya ingat mengenaskan. Suka lupa tanggal. Etapi kalau tanggal gajian mah inget aja.

7. Golongan darah A, bukan darah suci, apalagi darahtista.

8. Sering dibilang mirip Taylor Swift. Yang bilang aku sendiri.

9. Sekarang sedang ada hubungan asmara sama Orlando Bloom. Dirahasiakan memang, banyak yang ngga tau. Orlando Bloomnya aja ngga tau.

10. Cupu. Disaat orang-orang seusia saya mabok nenggak tequilla, saya kembung nyedot tekita. Orang-orang ngefly ngisep ekstasi, saya teler ngirup terasi. Iya, saya secemen itu,

11. Gengsinya gede. Saking gedenya, kalau naik angkot bayarnya lima.

13. Teledor dan kurang teliti. Ngga ngeh dari nomor 10 lanjutnya ke nomor 12.

14. Rajin mandi. Mandi bisa sampai tiga kali. Seminggu.

15. Ngga enakan. Mungkin pas dibikin lupa ditambah mecin. Banyak yang bilang sifat ngga enakanku ini ngga bagus, karena kalau berkelanjutan bisa-bisa aku dikasih ke kucing.

16. Garing. Lebih crunchy dari gorengan abang-abang yang dikasih lilin.

17. Badannya gampang gemuk susah kurus. Dompetnya susah gemuk gampang kurus. Andai yang terjadi kebalikannya, oh betapa indah dunia, bunga-bunga cinta bermekaran..

18. Udah mulai ngantuk. Udahan ah. Bhay
Selasa, 08 September 2015

Seputar PMS

Ada persamaan besar antara perempuan dengan manusia serigala. Bukan, bukan sama-sama suka pipis sambil angkat satu kaki di pohon, persamaan mereka adalah sebulan sekali setiap "bulan" datang, mereka sama-sama berubah jadi makhluk ganas menakutkan. Ngeri. Liar. Nakal. Brutal. Membuat semua orang menjadi gempar. Yang ngebedain cuma cara perubahannya. Manusia serigala bertransformasi, perempuan PMS. Yak, PMS. Bagi yang ngga tau apa itu PMS, tolonglah, keluar dari gua segera, bumi sudah aman dari serangan komet. 

Perempuan PMS itu horror yang lebih horror dari horror terhorror. Kebayang ngga? Gini deh, perempuan PMS lewat daerah angker, makhluk astral sana yang kabur sembari komat kamit baca ayat kursi. Perempuan PMS masuk telat pas kuliah, dosennya yang keluar sambil minta maap karena datang kecepetan. Perempuan PMS telat bayar kosan, ibu kos yang ngasih duit. Eh tapi ngga berlaku kalau pas ibu kosnya juga lagi PMS. Kalau dua perempuan sedang PMS ketemu, ya udah, segera angkut semua barang berharga yang bisa dibawa dan segera pergi cari tempat aman sebelum terjebak di tengah perang semesta maha dahsyat.

Sebagai perempuan, setiap bulannya saya pun harus melewati fase transformasi dari kondisi normal ke kondisi PMS. Dalam kondisi normal, saya termasuk manusia plegmatis penghindar konfrontasi. Kesel sama orang pun saya jarang marah, lebih ke diem. Diem-diem nyantet. Eh ngga deng, ngga. Ngga diragukan kebenarannya. Wahah. Hahah. Serius tapi, kalau mood sedang stabil, emosi saya terkendali. Selo kayak di Solo. Kalem kayak di Citayem. Tapi setiap menjelang kedatangan tamu bulanan, duh Gusti.. bersyukur saya ngga ditembak peluru bius, lalu dijejelin dalam kotak dan dipaketin ke Madagaskar saking beringasnya. Maka dari itu, berbekal ilmu dari pengalaman yang sudah saya kecap sendiri, di sini saya akan membeberkan kengerian macam apa yang bisa diciptakan oleh perempuan PMS.

1. Emosi membrutal, meledak-ledak

Kondisi normal:

"Say, maaf ya aku ngga bisa jemput, aku ada kelas kuliah subuh nih."
"Ho ya udah, ngga papa, kamu hati-hati ya di jalan :)"

Damai. Bumi tentram.

Kondisi PMS:

"Say, maaf ya aku ngga bisa jemput, aku ada kelas kuliah subuh nih."
"APAAAA??? TAK TERMAAFKAAAN!!! POSISIMU SUDAH TERKUNCI!!! SIAP TEMBAKAN MERIAM!!!"

Darurat. Bumi gonjang ganjing.

2. Mood yang ngga stabil

Ini yang paling sering saya alamin. Pagi cengengesan, siang nangis sesenggukan, sore ngamuk ngacak-ngacak kota, malam nyiptain nuklir. Mbuhlah maunya apa.

3. Logika? Bhay!

Bukan cinta aja yang tak ada logika, perempuan PMS juga. Entah akal sehat mereka kabur kemana, mungkin ikut meluruh bareng dinding rahim. Kondisi normal aja logikanya suka kalah sama emosi, gimana PMS coba? Ngarep mereka berpikir jernih? Sia-sia bung, mending ngiketin tali sepatu kaki seribu sono.

4. Sensi apa drama ya ini namanya? Gitu deh!

"Say, aku mau fotokopi tugas kuliah dulu ya."
"Fotokopi? Fotokopi itu terdiri dari dua kata, foto dan kopi. Kopi itu hitam. Kopi dikasih susu dan gula  rasanya manis. HOOOO, JADI KAMU MAU FOTO-FOTO SAMA CEWEK YANG KULITNYA KEHITAMAN DAN LEBIH MANIS DARI AKU GITU, HAH?? JADI KAMU GITU SEKARANG???? SIAP TEMBAKAN MERIAM!!!!"

Yah pokoknya gitu lah perempuan kalau lagi PMS. Kalau nasib kamu lagi ngga beruntung dan harus berhadapan dengan perempuan PMS, berikut tips yang bisa kalian praktekan untuk menyelamatkan diri.

Ngga ada.

Terima nasib.






Jumat, 28 Agustus 2015

Angin

Kurasakan sebuah jawilan menyentuh pundakku. Aku menoleh. Angin ternyata.

"Hai," sapa Angin dengan senyum terkembang "Aku akan mengembara ke selatan. Mau menitipkan sesuatu, cinta misalnya? Biar nanti kuhembuskan ke telinganya."

Aku tertawa, "Tidak, tak perlu. Kau mungkin bisa menghembuskan cinta ke telinganya, tapi tidak ke dalam hatinya."

Selasa, 25 Agustus 2015

Surat Untuk Rosita 10 Tahun

Halo Rosita, ketika baca surat ini, apa yang sedang kamu lakuin? Sedang baca komikkah? Atau nemenin Mama nonton film telenovela? Atau nyoba nulis cerita sendiri di atas buku tulis bekas yang udah ngga kepake? Atau sedang ngeliatin kerumunan anak-anak yang lagi main, pengen ikutan tapi malu untuk ngebaur?

Halo Rosita, anak canggung yang pemalu dan takut sama orang asing. Yah, orang asing selalu bikin kamu takut. Kalau kamu dengar cerita dari Mama atau Abah, kamu pernah lho nangis histeris ketika ketemu Abah yang lama ngga pulang, ingat ngga? Pasti ngga, karena saat itu kamu masih balita.

Ah, maap yah, aku terlalu bersemangat nulis sampai lupa ngenalin diri aku. Tenang, ngga usah takut, aku bukan orang asing yang punya niat untuk nyulik kamu kok. Suer deh. Sekarang coba kamu merem, dan bayangin sosok kamu ketika berumur 23 tahun. Kebayang ngga? Kebayang? Nah, itulah aku. Kamu, 13 tahun kemudian.

Maap aja ya, pertanyaan kamu seputar masa depan ngga bakal aku jawab, sepenasaran apapun kamu. Jodoh apalagi, karena sampai sekarang aku pun belum tau. Wahaha. Tapi biar aku kasih bocoran sedikit deh. Di umur 23 nanti, kamu cukup bahagia kok, kamu punya apa yang saat ini kamu ngga punya, sahabat dan teman-teman yang baik. Nanti, kamu ngga usah lagi berusaha terlalu keras untuk disenangi atau maksain diri ikut-ikutan orang supaya diterima. Nanti, bakal ada orang yang nyapa kamu dan ngajak kamu duduk sebangku sama dia. Nanti, sepi kamu ngga bakal terlalu pekat lagi. Sabar yah. Udah ah segitu aja bocorannya.

13 tahun kemudian, hidup kamu cukup bahagia, tapi kadang penyesalan masih suka datang ke pikiran kamu. Harusnya dulu aku begini. Harusnya dulu aku ngga begitu. Pikiran-pikiran semacam itulah. Yah, masa lalu emang ngga bisa dibenerin, tapi andai bisa, semoga lewat surat ini kamu di masa depan nanti bisa memperbaiki. Sini, aku kasih tau kamu..

1. Selesaiin apa yang udah kamu mulai. Belajar konsisten. Tekunin dan tuntasin. Ngerjain setengah-setengah ngga bakal ngehasilin apa-apa.

2. Jangan suka nunda-nunda. Kerjain apa yang bisa dikerjain sekarang, jangan dibesok besok. Nanti numpuk kamu stres sendiri lho.

3. Ngga ada salahnya dengerin nasehat orang kok, coba egonya kurangin dikit, kamu kan ngga selalu bener.

4. Cengengnya kurangin. Kelenjar air mata kamu gampang bocor. Perempuan harus kuat. Susah sih emang tapi...

5. Kalau bikinin Abah kopi, gulanya satu sendok aja, jangan banyak-banyak. Bilangin juga jangan keseringan, sehari cukup tiga.

6. Bekas cat tembok yang nempel di kulit susah dihilangin. Musti pake minyak tanah. Hati-hati kalau dapet tugas prakarya pake cat tembok, soalnya nanti minyak tanah susah dicari.

7. Jangan suka potong poni sendiri. Serius. Jangan.

8. Tumis kangkung rasanya ngga seserem tampilannya. Sumpah deh. Oh, dan salad hokben, kamu harus coba!

9. Tolong, jangan ikutan tren ngetik ketawa "wkwkwkwk".

10. Berbahagialah, hidup ngga seburuk yang kamu pikir.

Segitu aja yah, masih banyak sebenernya, tapi rahasia ah, biar kamu jalanin aja sendiri, biar kamu berproses dan belajar. Kadang proses emang rasanya pahit, tapi karena itu kamu bakal lebih ngehargain manis. Percaya deh sama aku. Selamat nikmatin kehidupan ya..

Tertanda,

Kamu, 13 tahun mendatang

Sabtu, 15 Agustus 2015

Kunjungan Pagi

Pagi singgah, ia datang mengetuk matamu.

Di tangannya sudah terbungkus rapi aneka persembahan sebagai buah tangan.

Embun bening, cericip burung, kemuning semburat fajar, goresan serat putih awan sirus, dan angin yang bergerak kemayu.

Cepat, bukalah mata, ia tak akan lama melakukan kunjungan.

Jumat, 14 Agustus 2015

Capek Soalnya..

"Aku mau mundur TA. Ikut gelombang dua aja!"

Aku menggaruk-garuk kepalaku. Bukan karena gatal ada kutunya, lebih karena frustasi. Aneka buku berisi huruf kecil rapat berdempatan dengan tebal melebihi batako bertebaran ngga keruan di sekitarku. Bau kebakar sedikit kecium dari otakku yang terlalu keras dipake. Laptop di depanku terbuka, di taskbar tampak banyak icon, tanda banyak program sedang dijalankan.

"Sama, aku juga!" Timpal Jerapah yang kadar mumet di wajahnya ngga kalah tinggi dariku.

Saat itu semester enam. Waktu paling memuakkan, menyebalkan, memusingkan, mengesalkan, meresahkan, dan aneka kata lain yang bermakna sama, bikin stres. Saya D3, jadi semester enam adalah waktu krusial di mana makhluk mengerikan bernama Tugas Akhir lahir. Semester enam. Waktu dimana kami sering sekali berdoa agar beliau yang sudah mencetuskan Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan diampuni dosanya, terutama dosa terbesar bagi umat manusia yang sudah diperbuatnya itu.

Aamiin.

***

"Aku mau mundur aja kayaknya ke gelombang dua. Aku pusing. Listingnya bingung. Mentok di bab tiga pula."

Keluhan tak henti merepet keluar dari mulutku sementara Kutilang mendengarkan sambil mengernyitkan alis, tanda dia sebal.

"Yaelah, gitu doang mau mundur. Sayang waktu tau! Lu liat gue nih!"

Kutilang memperlihatkan kumpulan kertas yang penuh coret-coretan.

"Liat nih, revisian gue. Datanya masih kurang tapi pihak sana ngga mau kasih. Kalau ngga dapet, gue harus ganti judul."

Aku diam. Gantian kutilang yang merepet.

"Liat si Dika tuh, udah ngerjain sampai bab 3, suruh ganti judul cuma gara-gara tempat risetnya ngga punya SIUP. Dia mundur ngga? Ngga kan?"

Aku tetap diam.

"Lo enak, data dapet semua, tempat riset lancar, judul dari sana dibantuin bikin. Listing? Bisa minta bantu atau ajarin kan sama Instruktur Lab, akses gampang!"

"..."

"Masih kepikiran mundur?"

***

"Paaak! Boleh minta tolong ajarin normalisasi ngga? Buat bab 3 Pak."

Bel pulang tanda kuliah selesai sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu. Lab komputer sudah kosong. Hanya ada Instruktur Lab, Pak Doni, di dalam. Asik mengutak atik laptopnya sembari menunggu jam mengajar yang masih beberapa jam lagi. Aku, Jerapah, dan Ndedes berdiri di depannya dengan mata berkilau memohon ala komik serial cantik.

"Hoo, normalisasi? Boleh, boleh.."

Kami bersorak. Pak Doni mengambil spidol lalu mulai menulis di papan nulis, menerangkan seraya kami duduk menyimak.

***

"Pak, kok listing saya ngga jalan ya, eksekusinya aneh. Liat deh pak."

Aku menyorongkan laptopku ke arah Pak Ilam, Instruktur Lab yang lain. Pak Ilam menggeser laptopku ke arahnya, lalu mengotak atik dan memperhatikan barisan coding yang sudah kuketik satu demi satu.

"Hooo, ini coba jangan pake rumus IF aja, pake rumus perulangan kayak DO WHILE gitu."

Aku manggut manggut sok ngerti padahal ngga. Sekilas mirip boneka anjing yang ditaro di dasbor mobil. Angguk angguk.

"Terus gimana pak?"

"Nih coba begini.."

Ketak ketik ketak ketik. Ngga berapa lama, program berhasil dijalankan dengan mulus.

***

"Hayo, lagi ngapain?"

Jerapah mengintip ke layar laptopku. Tampak barisan burung, ketapel, dan babi yang berbaris. Aku sedang main Angry Bird.

"Main. Ehehe.."

Jerapah memandangku galak, persis tatapan Ibu yang ngga sengaja habis mergokin anaknya nonton video tutorial. Tutorial bikin anak.

"TA kerjain woy, lanjutin lu! Malah mainan!" dumelnya.

"Iya, iya.."

Sambil menggerutu, kututup layar Angry Bird, membuka lagi Microsoft Word, dan melanjutkan mengetik landasan teori.

***

"Pak, mau bimbingan dong Pak!"

Hari Sabtu. Aku dan Jerapah yang melihat sosok Pembimbing kami datang langsung lari menghampiri.

"Yah, saya ngga ada jadwal bimbingan hari ini. Saya mau jadi wasit voli."

Penampilan Pembimbing saat itu memang sporty. Bukan kemeja dan dasi seperti biasanya, melainkan celana training dan kaus polo. Minggu itu memang sedang berlangsung pekan perlombaan olahraga.

"Yah..."

Aku dan Jerapah memasang wajah kecewa dengan raut senelangsa mungkin, berharap bisa memancing rasa ibanya. Dan berhasil.

"Tapi kalau kalian mau nungguin saya ngga papa sih. Tapi diem-diem aja ya jangan kasih tau yang lain."

"Siap Pak!"

Aku dan Jerapah pun menghabiskan sore menonton voli.

***

"Eh ntar bimbingan aku suruh bawa dari bab 1 sampai bab 4. Ngeprint yang murah di mana ya, sayang ntar dicoret coret."

"Di UIN ada tuh murah, selembar 100!" Seru Kutilang. Masalah murah memang Kutilang jagonya. Tau aja.

"Ah, jauh.."

"Kan naik motor. Hayuk bareng, lu gue bonceng, Jerapah sama Beruang."

"Hayuk lah!"

***

3 tahun berlalu. Waktu paling memuakkan, menyebalkan, memusingkan, mengesalkan, meresahkan, dan aneka kata lain yang bermakna sama yaitu bikin stres harus saya hadapi lagi. Bedanya, malaikat-malaikat penolong dan pemantik semangat tiga tahun lalu sudah ngga ada satu pun. Saya sendirian.

Boleh saya mundur?

Jumat, 07 Agustus 2015

Berubah!

Kalau nama saya masuk acara on the spot, kategori yang saya dapatkan pastilah 7 manusia ngga sehat se RT 19 versi on the spot. Makan saya sembarangan, banyakan junk food, gorengan, makanan manis, berlemak, serta aneka ria makanan yang bikin pakar makanan sehat dan vegetarian kena migrain akut.

Saya ngga suka sayuran. Iyuh. Eh kubis sama toge saya suka deng. KUBISa jalani hari-hari TOGEther with you. Eeaaa (oke kayaknya aku harus kurang kurangin nonton pesbuker). Makan sayur bisa dibilang langka. Ngga bisa disebut jarang karena hitungannya jauh di bawah jarang. Peristiwa langka. Macam melintasnya komet halley. Atau mendekatnya planet mars ke planet bumi. Atau mensyen dibales sama personil jkt48.

Saya suka buah, semangka apalagi. Aaaa buah warisan para dewa itu. Tapi kesukaan saya terhadap buah kalah telak sama kemalasan saya ngupas buah. Quote dari saya, "berikan saya 10 buah apel utuh, akan saya diamkan mereka sampai mereka jadi emas (diam itu emas kan? Kan kan kan?). Berikan saya 1 buah apel sudah dikupas dan dipotong, akan saya habisi mereka tanpa sisa". Jadi buah-buahan pun kalau ngga ada yang ngupas ya saya ndak makan. Gitu.

Saya jarang minum air putih. Boro-boro 8 gelas sehari kayak yang di iklan, segelas aja udah ngerasa kembung. Kecuali kalau air putihnya dipakein marjan dan dicelupin es batu, baru saya mau. Ditambah lagi saya ngga pernah olahraga. Wislah badan ngga ada sehat-sehatnya sama sekali.

Kebiasaan-kebiasaan saya yang jauh dari kata sehat berakibat pada kondisi badan yang payah banget. Saya ringkih. Kena ujan dikit pilek. Tidur ngga pake selimut masuk angin. Diperhatiin dikit baper. Boro-boro angkat besi, angkat jemuran aja napas langsung ngap-ngapan. Pencernaan pun macam jalanan ibukota jam jam pulang kantor. Bukan, bukan berarti banyak kang jualan sama yang minta-minta pas lampu merah, tapi ngga lancar. Terhambat. In other words, constipation. Sering susah buang air besar.

Selain faktor kesehatan, faktor penampilan pun kena pengaruhnya. Gumpalan gumpalan entah apa namanya saya ngga mau tau dan pura-pura ngga tau nongol nongolan di sekujur badan. Perut dan lengan terutama. Kalau rambut saya botak mungkin saya bakal dikira kembaran baymax. Gede, menggemaskan, enak dipeluk.

Awalnya saya masa bodo. Orang-orang berkata usia itu hanya angka. Dan menurut saya, begitu juga berat badan. Berat badan hanya angka. Kalau kata meme yang banyak beredar di path, toh nanti yang masuk surga itu yang timbangannya berat. YOLO. You only live once, eat whatever you want. If anyone tries to lecture you about your weight, eat them too. Gitu lah.

Sampai suatu hari, berbagai kejadian nyadarin saya. Salah satunya ketika menjelang lebaran. Tepatnya pas lagi siap-siapin baju buat mudik. Lebih spesifik lagi waktu sedang bongkar-bongkar lemari. Ketika itu nemu celana jeans dan baju yang lama ngga dipake. Selama beberapa bulan belakangan ini saya emang lagi suka pake rok dan jarang makein jeans. Pas nyoba make lagi... SAOS TARTAR KENAPA JADI PADA NGGA MUAT WOI, INI PASTI EFEK LAMA DISIMPEN DALEM LEMARI NGGA KENA PANAS MATAHARI JADI BAJU DAN CELANANYA MENCIUT, PASTI!! HVFT!!

Syok pertama.

Lalu beberapa hari setelah lebaran, kejadian yang lebih bikin syok terjadi. Nenek saya masuk rumah sakit. Beliau jatuh, dan karena jatuh itu kakinya jadi ngga bisa digerakin. Katanya sih karena ada fraktura, tulangnya pun ada pengapuran, dan ada masalah dengan bonggol sendinya. Gitu lah. Dokter bilang nenek saya harus operasi tapi keluarga ngga setuju karena resikonya besar. Faktor usia. Ngga mau dioperasi, nenek saya milih diterapi. Dan sampai sekarang kakinya ngga bisa dipake jalan. Segala aktifitas dilakukan di tempat tidur.

And it hits me.

Nenek saya bisa dibilang dulu hidupnya sehat. Jarang makan junk food, belum kenal mecin, makan banyakan sayur-sayuran, kemana-mana masih sering jalan, tapi tetep aja kepayahan ketika usia lanjut menyerang. Lalu saya lihat mama saya. Pola hidupnya ngga kalah sehat, bahkan sampai sekarang. Makan bakso nolak. Makan burger ogah. Makan pizza bergidik. Makan kebab geleng-geleng. Makan steak kayak yang disodorin baygon. Makan tumis kangkung baru lahap. Tapi tetep aja ketika terjadi pertambahan usia mama saya ngga bisa melawan. Di usianya sekarang, masalah persendian kadang datang.

Dan saya kepikiran.

Di usia segini aja saya udah ringkih, gimana nanti kalau saya udah tua??? Jangan-jangan awal 30an saya mulai sering encok dan awal 40an mulai harus pake tongkat. Aaaaakk, ngga maooooo!!!! Saya mau kayak sopia latjuba yang di usia 40an masih kayak kakak adek sama anaknya. Saya juga mau celana jeans lama bisa dipake lagi. Dan kalau pake jeans pun saya ngga mau keliatan mrecet banget kayak lepet berjalan.

Jadi saya pun membuat keputusan. Pola hidup saya harus diubah.

Dan beginilah saya sekarang. Dulu kalau ketemu sayur saya ngucap amit amit jabang bayi, sekarang saban pagi ngunyahnya sayur. Dulu kalau malem makannya beringas kayak kuli habis puasa daud, sekarang cuman minum jus. Dulu kalau minum harus yang berwarna dan berasa, sekarang mulai biasain air putih. Dulu ngemil kue dan keripik-keripikan, sekarang buah-buahan. Dulu sebelum tidur guling-gulingan nyari posisi enak, sekarang sit-up barang  2 sampai 3 hitungan. Baru habis itu guling-gulingan.

Kesiksa? Ya banget. Jangan ditanya. Ugh. Pediiiiih, jenderaaaaal! Awalnya saya ogah-ogahan, tapi Alhamdulillah orang-orang sekitar ikut ngedukung jadi mau ngga mau harus lanjut terus. Terutama Mama. Mama emang udah lama nyuruh saya untuk ngelakuin diet karena kayaknya bosen denger saya ngeluh tiap susah buang air besar dan ngedumel karena nemu baju lucu tapi ngga muat. Tapi tiap Mama nyuruh ada aja alesan saya untuk nolak. Lagi masa pertumbuhan lah, aktifitas lagi banyak perlu banyak nutrisi lah, lagi persiapan buat ujian masuk SMPTN lah, ngeles mulu deh. Makanya pas sekarang saya mau Mama ngedukung banget.

Ngga cuman dari keluarga, dukungan pun datang dari teman-teman. Kadang mereka negor dan ngingetin kalau saya mulai hilaf gara-gara tergiur gorengan. Tapi ada juga manusia jelmaan iblis yang iseng ngegodain makan dengan ekspresi nikmat berlebihan di depan saya. Hih. Kalau nemu manusia model begini, kasih sun aja ya gaes. Sun-dul pake helm. Huehehe.

Tips dari saya, kalau punya mimpi atau tujuan yang ingin dicapai, mintalah dukungan dari orang-orang sekitar. Jadi kalau kamu capek, lupa atau sengaja pura-pura lupa karena capek, ada orang yang bisa ngingetin dan nyemangatin lagi. Karena kalau sendiri pasti sulit.

Perjuangan emang ngga gampang, kalau gampang mah bukan perjuangan namanya, tapi soal kuis di tipi. There must be a sacrifice for what you really want. No pain no gain. Doaim saya kuat, ngga cuman sehari dua hari. Semangat!

Salam sehat! :)

Senin, 20 Juli 2015

Wis Mupon!

Tadi ngga sengaja keingetan sama si dia dari masa lalu. Mbuh, tiba-tiba aja keingetan dan pengen tau, gimana kabarnya sekarang? Iseng, aku pun stalking akunnya dan di sana, aku nemuin mensyen-mensyen percakapan antara dia dengan sekarangnya. Nemu juga tulisan-tulisan yang sengaja dia rangkai untuk perempuannya.

Dulu, sudah jadi semacam rutinitas, setiap habis stalking si dia dan nemuin hal macam itu, pasti yang selanjutnya aku lakuin adalah tiduran di kasur, mandangin langit-langit kamar dengan perasaan aneh ngga ngenakin entah apa namanya, yang jelas nyebabin jalur napas sedikit sesak menyempit, ngilangin semangat untuk ngapa-ngapain, dan nimbulin hasrat buat ngirim paket isi granat tangan untuk perempuan itu.

Tapi aneh, tadi rutinitas tadi ngga lagi aku lakuin. Perasaan ngga ngenakin itu sama sekali ngga aku rasain. Aku baik-baik aja. Malah aku senyum, seneng rasanya tau dia sekarang udah nemuin orang yang bikin bahagianya berlipat ganda. Dan sebelum close tab aku sempat ngegumamin doa dalam hati, semoga mereka langgeng dan berbahagia.

Hei, aku udah move on! :)

Rabu, 08 Juli 2015

Suaraku Hilang! Untung Ngga Lagi Pemilu.

Ahoi! Postingan kali ini disponsori oleh hidung yang mampet sebelah dan tenggorokan yang mogok memproduksi suara.

Sudah dua hari ini kondisiku kurang fit. Awalnya cuman pilek dan tenggorokan sakit, tapi lama kelamaan suara mulai serak. Suaraku yang tadinya cempreng macam terompet-terompetan abang-abang SD berubah jadi serak mendesah seksi. Amboi, berasa jadi Cakra Khan versi gemulai!

Tadinya.

Tapi makin lama suara makin hilang dan sekarang mulai serem, lebih ngeri dari suara Gollum. Kalau ngomong pun suara yang keluar ngga bisa lebih dari bisikan. Jadi gemes pengen nelpon iseng ke orang dengan suara begini lalu ngomong, "ingatkah.. apa.. yang telah.. kau lakukan.. padaku..? Aku.. akan.. datang... membalas... dendaam..."

Muhahahahahahahh

Wis ah, mau tidur. Siapa tau nanti bangun-bangun sembuh dan suara jadi mirip Raisa.

Rabu, 10 Juni 2015

Hari 10 : Rumah

Meski harus berpeluh berdesakan terhimpit manusia dalam kerumunan
Meski harus terjebak durjananya kemacetan
Meski harus menebas jauhnya jarak perjalanan
Namun sungguh, tempat itu layak untuk diperjuangkan
Tempat itu layak untuk ditumbali dengan waktu, lelah, penat, dan keringat yang bercucur membasahi pakaian

Tempat itu
Sebut sajalah rumah

Aku pulang..

Selasa, 09 Juni 2015

Hari 9 : Dari Tanah Abang

Halo.

Postingan ini diketik di stasiun, di antara himpitan riuh manusia yang banyaknya bikin girang titan-titan yang ngeliat. Disangka mereka ada yang lagi hajatan kali, banyak makanan. Ngga kebayang kalau orang-orang ini pada mau foto selfie dan semua harus kebagian masuk frame. Mungkin tongsisnya harus sepanjang jalur tol Jakarta-Bandung.

Keretanya terlambat dateng katanya, makanya akhirnya terjadi penumpukan penumpang di stasiun. Enak ya jadi kereta, kalau telat ngga dapet hukuman. Coba kita dulu waktu sekolah, telat lima menit dihukum berdiri di lapangan. Telat dua bulan dihukum amukan orang tua.

Tapi kalau kereta dateng telat dan penumpang numpuk gini, bisa dipastikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan, bukan rame-rame ngelakuin tarian pemanggil kereta dengan petugas sebagai instruktur di depan, tapi yang akan terjadi selanjutnya adalah aksi dorong-dorongan ketika kereta dateng.

Ngga tau yah, tapi kayaknya orang-orang yang naik kereta ini punya cita-cita yang ngga kesampean untuk jadi motivator. Tahu sendiri kan gimana motivator, suka ngasih dorongan-dorongan semangat. Orang kereta pun sama, mereka suka ngasih dorongan. Dorongan secara harfiah tapi, bukan dorongan semangat.

Herannya, biarpun punya banyak penumpang yang ahli ngedorong, tapi ketika kereta mogok ngga ada satupun penumpang yang turun buat dorongin dari belakang sementara masinis ngestarter kereta.

Eh keretaku dateng. Udah dulu ah, banyak saudara-saudara saya yang super yang kayaknya butuh dorongan.

Jumat, 05 Juni 2015

Hari 5 : Jenuh

Saus tartar dengan konsistensi. Jelaslah konsistensi bukan nama tengah saya. Saya tipe manusia yang bisa dibilang anget anget tai ayam. Bukan berarti saya bau, kecokelatan dan suka ngga sengaja keinjek orang. Saya bosenan. Semangat di awal, berapi-api di permulaan, lalu bosan kemudian dan akhirnya berakhir di tengah-tengah.

Banyak hal-hal yang saya sudahi tanpa terselesaikan karena terkontaminasi jenuh. Seperti merajut. Menulis novel. Bermain gitar. Membaca beberapa buku yang masih teronggok belum saya tuntaskan sampai sekarang.

Saya dan jiwa angot-angotan saya.

Dan sekarang, jenuh kembali datang, mencoba menginfeksi beberapa hal yang sedang coba saya jalani. Diantaranya, satu hal yang ingin saya selesaikan hingga akhir. Satu hal yang tak sudi saya matikan di tengah-tengah. Satu hal yang mulai terasa sedikit menjenuhkan, tapi pasti akan lebih memenatkan bila disudahi.

Ah, persetan dengan kejenuhan! Tak jenuhkah dia selalu datang dan datang lagi?

Rabu, 03 Juni 2015

Hari 3 : I Was Born to...

"I was born to tell you i love you.."

Kenal dengan kalimat di atas? Yak, kalimat di atas adalah penggalan dari lirik lagu Secondhand Serenade yang berjudul Your Call. Lagu itu sempet ngeheitz pada jamannya beberapa tahun yang lalu. Bahkan sampai sekarang. Terbukti dari banyaknya jumlah orang-orang yang mengcover lagu itu, entah di soundcloud, youtube, instagram, dan juga di media lainnya. Cuma di asuransi aja yang ngga, karena asuransi bisanya ngecover biaya kesehatan bukan ngecover lagu.

Banyak orang beranggapan penggalan lirik itu terdengar manis dan romantis. I was born to tell you i love you. Aku terlahir untuk menyatakan aku sayang padamu. Sadis. Rata-rata cewek yang dinyanyiin lagu itu bisa dipastikan langsung mesem-mesem girang histeris macam bocah dapet huruf N dari permen karet yosan *saus tartar, ketauan deh umurnya!*.

Bagi sebagian besar orang mungkin terdengar manis, tapi bagiku ngga. Aku ngga suka lirik itu. Apaan, lahir cuman buat ngomong i love you. Cih. Terus kalau udah ngomong i love you tujuan hidupnya selesai gitu?? Kalau udah nyatain sayang, setelah itu mau ngapain, bungee jumping dari puncak Burj Khalifa tanpa tali, hah?? Apa ya, menurutku nanggung aja gitu.. Kenapa cuman nyatain? Emang ngga mau ngehabisin sisa waktu sama-sama? Ngga mau menyambut tua bareng sambil tetep gandengan tangan berdua? Ngga mau main bola bareng bocah kecil yang rambutnya mirip kamu dan matanya mirip aku?

Jadi ketibang "i was born to tell you  love you", rasanya lebih manis kalau "i was born to spend the rest of my life and grow old with you..". 

Yeah, maybe it sounds cheesy, but hey, we love cheese!

Selasa, 02 Juni 2015

Hari 2 : Junji Ito

Kadang aku merasa diriku ini aneh. Salah satu sebabnya karena keenggananku nonton film horor tapi suka sekali baca cerita horor. Aku ngga suka dengan efek suaranya yang bikin aku waswas menebak-nebak, bakal nongol dari mana tu setan. Aku juga ngga suka dengan adegan jumpscare si setan nongol tiba-tiba yang secara refleks bikin aku jejeritan tanpa bisa aku kontrol volume suaranya. Deg-degan liat nama si dia nongol di layar hape saya suka, deg-degan liat guling loncat nongol di layar film saya ngga suka. Film hantu-hantuan yang berani aku tonton tanpa tutup mata hanya sebatas Casper.

Makanya aku sebel kalau ada film horor yang sedang hapening banget macam Conjuring waktu itu, pasti temen-temenku ribut ngajakin nonton. Aku merasa sayang keluar uang nonton bioskop cuman buat nutup mata selama satu jam lebih. Mending buat investasi di reksadana. Peduli amat lah dibilang cemen karena selalu nolak ikut, emang aku Holcim?

Beda kalau komik atau cerita. Aku merasa lebih aman. Ngga bikin kaget. Ngga bikin deg-degan. Aman di lambung. Biarpun kadang setelah baca pun ada rasa takut tertinggal, tapi kadarnya masih lebih rendah. Aku masih bisa tidur nyenyak tanpa ada bayangan seram dalam kepala. 

Akhir-akhir ini aku lagi suka sekali baca komik-komik Junji Ito. Semakin banyak komiknya yang kubaca, semakin aku dibuat takjub sama otak dibalik cerita dan gambar yang sengklek itu. Ngga ngerti lagi sama imajinasinya. Entah beliau dikasih makanan pendamping ASI apa waktu masih bayi. Ide-ide ceritanya ngga terduga. Bukan horor standar tentang gangguan arwah ngga tenang yang meninggalnya ngga wajar. Horornya out of the box. Horor aneh yang bikin perasaan ngga enak. 

Salah satu komik serinya berjudul Uzumaki. Bukan tentang bocah ninja yang badannya dimasukin sama penunggu pohon beringin rubah ekor sembilan, tapi tentang satu kota bernama Kurozu-cho yang dikutuk dengan spiral.

Tokoh utamanya seorang gadis bernama Kirie  yang punya pacar  bernama Kanan Shuichi. Cerita berawal dari Ayah Shuichi yang punya obsesi terhadap bentuk spiral. Obsesinya udah sampai tahap parah sekali, mendekati ngga waras. Jiga nu gelo kalau kata orang sunda mah. Hingga akhirnya suatu hari, Ayah Shuichi ditemukan meninggal dengan badan melingkar membentuk spiral. Namun meski ayahnya meninggal, obsesi Ayahnya dengan spiral masih tetap tertinggal, terus menghantui Shuici dan Ibunya. 

Keluarga Shuichi hanya satu cerita. Selain itu ada banyak lagi kejadian-kejadian aneh di luar akal sehat melanda kota itu, yang hampir semuanya berhubungan dengan spiral. Karena seperti yang sudah dikatakan, kota itu dikutuk oleh spiral. 


Selain komik berseri, Om Ito (wow akrab) juga bikin cerita-cerita one shot yang ngga kalah saus tartarnya. Salah satu yang menurutku paling 'ajaib' adalah The Enigma of Amigara Fault.

Cerita bermula dari gempa bumi yang mengakibatkan terbentuknya patahan bukit di gunung Amigara yang membentuk dinding. Pada dinding patahan itu, banyak terbentuk lubang-lubang yang membentuk siluet manusia sempurna. Banyak orang penasaran setelah menonton berita tentang itu di tivi dan datang untuk melihatnya sendiri, termasuk Owaki. Di sana, Owaki bertemu orang-orang yang mengaku melihat lubang yang serupa dengan bentuk tubuh mereka. Dan satu persatu, orang-orang lenyap, masuk ke dalam lubang mereka masing-masing..

Selain dua judul di atas, masih banyak lagi cerita-cerita Om Ito lainnya yang ngga kalah ajaib, macam Tomie, Gyo, Mimi's Ghost Stories, banyak lagi deh. 
Senin, 01 Juni 2015

Hari 1 : Tuhan Maha Humoris

Tuhan Maha Humoris. Dia gemar bergurau, terkadang mengatur semesta sedemikian rupa penuh kelakar untuk menggoda makhluk-Nya, mengajak bercanda. Seperti tadi contohnya. Saya sedang terburu-buru, dan entah kenapa setiap kali sedang terburu-buru justru aktivitas semesta serasa melambat dan penuh hambatan. Termasuk tadi. Kereta datang terlambat. Setibanya di stasiun pemberhentian, hujan turun. Lupa membawa payung, saya pun menerabas hujan. Naik angkot, angkotnya ngga jalan-jalan, abangnya ngetem. Setelah akhirnya jalan, mampir pom bensin untuk isi bensin.

Samar-samar saya dapat mendengar Tuhan terkekeh seraya berkata, "Rasakan! Siapa suruh terlalu bersantai-santai, lelet, dan menggampangkan waktu!"

Ah, Tuhan memang gemar bercanda..

Nb : postingan ini harusnya saya posting kemarin sebagai tulisan pertama dari tantangan menulis random setiap hari. Tapi apa daya, ketika sedang menulis ini saya terjebak hujan dan baterai ponsel saya lemah. Tak hanya baterai ponsel, baterai tubuh saya pun lemah. Maka sesampainya di rumah, jangankan melanjutkan tulisan, ngeronda keliling kampung pun saya ngga sanggup. Capek jenderal! Ah, baru hari pertama sudah gagal! Tapi tetap ingin ikutan. Jadi sebagai kompensasi, hari ini saya akan memposting dua tulisan deh!
Sabtu, 23 Mei 2015

Ya Ampun...

Hari ini kayaknya aku harus nambahin Linglung jadi nama tengah. Emma Linglung Watson Rosita Linglung Aisyah. Hari ini lumayan banyak kelinglungan yang aku lakuin.

Dimulai dari tadi pagi. Sebelum menuju kantor, aku mampir sebentar ke atm. Setelah urusan di dalam selesai (ngecek saldo, lalu mengheningkan cipta, disusul menyanyikan lagu gugur bunga dengan sendu dan syahdu setelah melihat total saldonya), aku pun keluar. Belum berapa jauh, terdengar suara seseorang memanggil-manggil "mbak, mbak!" dari belakang. Aku pun jalan terus karena barbie biasa dipanggilnya tuan puteri bukan mbak nengok. Seorang satpam setengah berlari menghampiri aku sambil mengacungkan kartu atm.

"Mbak ini lho atmnya ketinggalan!" serunya. 

Ya ampun..


Aku pun mengambil kartu atm yang disodorkan Pak Satpam sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali. Untunglah diketemuin sama Pak Satpam yang baik hati. Dan untung juga KTP aku ngga ikut ketinggalan. Coba kalau KTP pun ketinggalan dan yang nemuin orang jahat. Bisa-bisa disalah gunain. Ngerampok bank sambil nunjukin KTP dan ngaku-ngaku jadi aku misanya biar aku yang ditangkep. Ugh, aku ngga mau masuk penjara lagi. Iya, aku sempet masuk penjara gara-gara mabok di depan umum. Tapi ngga lama, aku berhasil keluar dari penjara karena pas ngelempar dadu berhasil ngeluarin angka yang sama. Tapi setelahnya harus bayar denda ke bank. Ugh.

Kelinglungan selanjutnya terjadi setelah pulang kantor. Aku pulang siang, sekitar jam 2an. Jam-jam segitu matahari lagi dermawan-dermawannya ngasih terik panas. Pecahin telor ke aspal langsung matang. Ngejemur orang yang berpikir pendek dan main-main, pikirannya langsung matang. Panas banget lah pokoknya. Bikin haus. Maka aku berniat mampir dulu ke minimarket stasiun untuk beli minuman. Tapi niat aku urungkan setelah melihat antrian kasir yang panjangnya kayak bocah-bocah satu RT lagi baris main ular naga panjangnya. Panjang bener. Bisa-bisa pas aku nyampe kasir, tanggal kadaluarsa minuman yang aku beli udah lewat. Ngga jadi dah. Tahan haus dulu. 

Di minimarket deket rumah, baru aku mampir beli minuman. Setelah bayar di kasir, aku berjalan menuju pintu keluar. Belum sempat buka pintu, Mbak petugas kasir manggil.

"Emma Watson, sini foto bareng dulu dooooong!!!"

Eh salah. Bukan, bukan. Ngga teriak gitu.

"Mbak, ini belanjaannya ngga mau dibawa?" katanya sambil menunjuk plastik belanjaanku yang masih tergeletak manis di tempat kasir.

Ya ampuun.. 



Aku balik ke kasir, ngambil belanjaan, ngucapin makasih ke mbak kasir, lalu buru-buru melesat ke luar karena malu. Di luar minimarket aku beberes sebentar karena agak ribet, tangan kiri megang struk dan kembalian, tangan kanan megang plastik belanjaan. Aku buang kertas yang rasanya struk ke tempat sampah lalu ngambil dompet di tas, pengen masukin kembalian. Pas buka dompet dan masukin kembalian, aku terlonjak kaget. Bukan, bukan karena ada orang nongol ngagetin dari dalem dompet sambil teriak "SURPRISEEE!!!", tapi kaget karena yang kumasukin ke dompet ternyata bukan uang, tapi struk.

LAH UANG KEMBALIANNYA KEMANAAAA?? DIAMBIL SWIPER???

Aku memandang tempat sampah dengan curiga. Aku intip, tengok isinya. Sekilas ada gambar Tuanku Imam Bonjol lagi benerin sorban. Bener aja. Aku salah buang, bukannya buang struk malah buang kembalian.

Ya ampuuun..



Ada aqua?

Jumat, 01 Mei 2015

Tutorial Makan Sawi

Ada yang bilang kebiasan dan sifat kita sekarang sedikit banyak merupakan bawaan dari kehidupan kita dahulu. Misalnya, orang yang suka berenang bisa jadi dulu adalah seekor ikan, orang yang tidak suka berenang bisa jadi dulu adalah seekor kucing, dan orang yang suka berenang di kolam kosong bisa jadi dulu pasien Grogol. Dan saya kemungkinan besar dulu adalah makhluk karnivora, entah harimau, serigala, atau catwoman, karena saya sangat ngga suka sayuran. Terutama sawi. Ugh. Saya lebih suka merobek otak saya, membawanya ke tengah-tengah perempatan terdekat dan bermain lompat tali dengannya daripada harus makan sawi.

Kalau ditanya kenapa ngga suka banget sama sawi, mungkin bisa dibilang karena trauma. Dulu setiap kali makan mie atau bakso, teman saya sering ngejejelin sawi dengan paksa yang saya balas dengan netesin racun tikus ke minumannya jadinya sekarang kalau liat sawi jadi gimanaaaa gitu, kayak ngeliat mantan yang dulu pernah nyakitin dan sakitnya masih ngebekas *gaya banget, kayak punya mantan aja! #selftoyor *. Dan amsyongnya, belakangan ini tindakan percobaan pemberian sawi dimulai lagi dengan pelaku teman kantor. Niatnya baik sih, biar aku makan sayur katanya, tapi… aaaak, ngga sanggup, jenderal.. lebih baik tenggelamkan sajalah Aisyah ke dalam lautan luka dalam..

Bosan terus menerus dijejelin sawi, saya pun nanya gimana caranya makan sawi yang enak dan ngga menyakitkan pada kerang ajaib supaya saya berhenti direcokin. Dan seperti yang sudah saya duga, kerang ajaib punya jawabannya! Puja kerang ajaib! Ulululuuu! Berikut tutorial makan sawi seperti yang disarankan kerang ajaib.

1. Beli makanan yang anda suka. Dalam kasus saya, kita gunakan choki-choki.
2. Sayangi dia sepenuh hati. Beri cinta dan kasih sayang. Setelah ikatan hati antara anda dan choki-choki tercipta, anda butuh panggilan sayang untuk memanggil namanya. Beri nama Sawi. Singkatan dari SAyangku sWItiku.
3. Harus anda ketahui, setiap makhluk tercipta di dunia karena memiliki misi tertentu. Begitu pun Sawi. Dan misi hidup Sawi adalah memberi rasa manis pada lidah anda. Bantulah Sawi memenuhi misi hidupnya. Anda harus memakannya.
4. Pada tahap ini mungkin anda merasa sedih karena anda sudah terlanjur menyayangi Sawi, tapi apa boleh buat. Anda tidak boleh egois. Hapus air mata anda. Cium dia seakan itu ciuman kalian yang terakhir karena memang itu yang terakhir.
5. Gunting atau sobek bungkusnya dengan lembut.
6. Tekan perlahan hingga linangan pasta cokelatnya mengalir ke luar. Letakan dalam mulut anda, dan biarkan memenuhi lidah. Telan.
7. Ulangi langkah ke-6 hingga habis.
8. Selamat! Anda baru saja makan Sawi! Segera hampiri teman anda dan katakan dengan jumawa, "eh aku udah makan sawi nih!"

Bagi kalian yang punya problema sama seperti saya, silakan coba dipraktekan.

Puja kerang ajaib!

Ulululuuu~
Minggu, 05 April 2015

Comeback

Ahoi!

Wew, lama ngga ngeblog dan akhirnya ngeblog lagi, berasa artis korea lagi comeback. Bedanya artis korea comeback disambut, sedangkan saya disambit. Btw ketika kalian membaca postingan ini, ketahuilah bahwa postingan ini dihadirkan dengan penuh kerja keras, karena sebelumnya saya harus bebersih ngebenahin blog yang kondisinya berantakan mengenaskan karena lama ngga ditengok ini dulu. Ngelapin debu, relokasi satu RT laba-laba yang udah terlanjur bikin sarang permanen, nyiangin rumput dan belukar yang tumbuh tinggi di bunga-bunga deket header, banyak deh.

Yah gitu deh kondisi blog ini, namanya lama ditinggal. Beberapa waktu lagi malah ada kru-kru dari acara Dunia Lain yang numpang syuting di sini. Katanya tempat yang lama kosong, ngga dihuni, dan ngga ditengok berpotensi besar jadi tempat hunian makhluk dunia lain, dan blog saya kondisinya cocok banget katanya. Asem. Pas saya usir suruh syuting tempat lain, mereka malah bilang, "Ya udah, syuting di hati mbak aja boleh ngga? Itu tempatnya lebih lama kosong ngga diisi, jangan-jangan makhluk-mahkhluk astral di sana udah pada bangun negara sendiri lagi"

...

Asem. 

Kuadrat. 

Bentar, saya mau garuk-garuk tanah di pojokan dulu..

Oke, mari lanjut lagi.

Sebenernya saya ngerasa bersalah dan ngga enak banget karena udah melalaikan blog ini. Ngerasa bersalah terutama pada masyarakat dunia maya karena mereka harus kehilangan celotehan berbobot penuh makna dari sosok manis yang garing tapi ngangenin ini (mungkin di baris ini kalian mulai merasa mual, menyesal mengapa membaca tulisan ini, dan berencana untuk close tab. Tapi ketahuilah, blog ini sudah saya beri kutukan yang sangat mengerikan. Mereka yang close tab sebelum postingan ini selesai akan kehabisan telur setiap kali masak indomie. Jadi bersabarlah, teruskan baca sampai habis. Muhahahahaaha..) Jadi untuk nebus rasa bersalah saya, di postingan ini saya akan beri review singkat seputar hidup saya selama ini yang belum sempat saya ceritain.

Saya sekarang bekerja di daerah Salemba. Rumah saya di Serpong. Kalau naik kendaraan umum lewat jalan raya, butuh waktu tempuh yang lumayan lama karena jarak yang jauh plus bonus macet. Ya lamanya sekitar satu periode masa kerja Presiden lah. Pernah saya berangkat dari rumah bawa bekal pake telur. Ketika jam makan siang di kantor saya buka bekal saya, isinya berubah jadi ayam! Khanmaen. Saya kira efek waktu tempuh yang lama, tapi ternyata efek bekal ketuker. 

Ngga siap menua di jalan, saya putuskan jadi ANKER aja. Anak kereta. Ah, macho plus gahar banget ngga sih kedengerannya? Pengen rasanya coret-coret tembok stasiun pake pilok, tulisannya "Oci The Anker Was Here". Khanmaen..

Dari sekian banyak hal, cuma satu hal yang konsisten dari saya sejak dulu, yaitu status. Iya, masih konsisten sebagai JODA AKBAR. JOmblo DAri AKu BAru lahiR. Saran dari saya, kalau mau nyari pasangan, carilah yang sudah lama menjomblo. Bayangkan, sama kesendirian aja mereka setia, apalagi nanti sama pasangan kan..

Semester ini saya harusnya nyusun skripsi. Tapi karena satu dua hal, terpaksa harus mundur semester depan. Jadi bisa dipastikan pertanyaan kapan lulus dan kapan nikah akan tetap jadi pertanyaan terpedih sepanjang tahun 2015 ini.

Saya mulai berjerawat lagi. Saus tartar. Kali ini muncul gede banget. Ganggu deh pokoknya. Sempet terpikir apa saya warnai hitam aja ya pake spidol lalu bilang ini tahi lalat? Siapa tahu jadi iconik macam Ita Purnamasari atau Rano Karno.

Jarum timbangan saya bergeser ke kanan, angkanya dari ** kilo jadi ** kilo. Maaf, kenapa? Apa, angkanya ngga kebaca?? Astaga, berat badan saya ngga lulus sensor dunia maya.. Segitu beratkah saya?? Tapi saya ngga percaya berat badan saya naik, ini pasti konspirasi timbangan seluruh dunia untuk ngejatuhin saya!

Sahabat saya si jerapah yang sering saya ceritakan di sini sebentar lagi bakal nikah. Aaaaak. Jujur, saya seneng banget akhirnya dia nikah juga setelah capek ngode-ngode terus ke pacar. Kasian juga sama pacarnya yang selama ini kalau dimasakin makanan selalu asin. Kalau ditanya:
"Sayang, kok masakan kamu asin banget sih?"
Jawabnya:
"Wah, itu tandanya aku mau kawin sayang.."
Kode keras, bung!

Apa lagi ya? Segitu dulu aja deh. Sampai sini, kutukan saya hapus, silakan yang mau bikin Indomie, saya juga mau bikin soalnya. Bhay!

Yah, telornya habis.. :(