Pages

Selasa, 17 November 2015

Ganti Nama Hoi!

Halo!

Bagi yang suka maen-maen ke blog roseseesstars.blogspot.com, sekarang blognya ganti alamat yah, jadi limbahkata.blogspot.com.

Ganti nama bukan buat buang sial, apalagi karena sering sakit-sakitan. Sama sekali bukan. Cuma kok ya rasanya nama blog yang dulu ribet banget gitu, sulit diinget dan dieja. Ngga memorycatching. Aku sendiri pun kadang kesulitan.

"Duh, alamat blog huruf es-nya ada berapa ya, satu apa dua? Satu takut kurang dingin, dua nanti kebanyakan, lagi pilek kan. Yowes ngga pake es biar anget."

Gitulah.

Lalu tiba-tiba terpikir, mungkin itu sebabnya kenapa blog ini masih kurang ramai. Ya, karena ngga ada gelas yang pecah!

Ngga deng. Ya bisa jadi karena nama yang susah. Yang pernah berkunjung terus mau maen lagi ngga inget nama blognya apa. Sekalinya inget nama, ngga inget ejaannya. Sekalinya inget ejaan, ngga inget dirinya siapa. Maka dari itu kuganti ajalah dengan nama yang lebih gampang. Limbahkata. Harus hati-hati nih ngetiknya, takut typo jadi limbadkata. Lah kalau limbadkata mah tiap postingan isinya "...." doang.

Kenapa namanya limbahkata? Alasan terbesarnya adalah..

..seret ide.

Udahlah, jangan tanyakan kenapa, lebih baik coba tanyakan apa yang sudah kamu lakukan untuk negara.

Azeg.

Udah dulu ah, mau ngumpulin niat buat lanjutin skripsi nih. Sering-sering mampir ya, yang punya rumah ngga galak kok.

Bhay! :)

Rumput

Siapalah yang paling tegar ketika dihantam badai?

Gaharu?

Angsana?

Beringin?

Bukan..

Dialah rumput, yang terkuat. Tegar, bukan karena dia tinggi, tapi karena dia merendah.

Dia merendah, sebab dia tahu tak pantas meninggi selama ada Dia Yang Maha Tinggi.

Kini di hadapan Dia, kutundukan diri serendah-rendahnya hingga kening rekat dengan tanah.

Tegarkan aku, Tuhan. Sekuat rumput.

(Tanah Abang, 17 November 2015)

Sabtu, 07 November 2015

Seperti Hujan

Maafkan, jatuh cintaku tak hanya sekali.

Seperti hujan, cintaku jatuh berkali-kali.

Seperti hujan, tetesnya berkali-kali jatuh, namun selalu pada bumi yang sama.

Seperti hujan, cintaku berkali-kali jatuh, namun selalu pada nama yang sama.

Namamu..

(BSD, 7 November 2015)

Selasa, 03 November 2015

Ocehan Lagi

Hidup ini bukan puncak gedung Burj Khalifa yang tinggi menjulang di atas awan, yang bahkan saking tingginya ngga perlu mendongak untuk menatap langit. Bukan juga dasar terdalam palung Mariana di mana satu-satunya cahaya yang terlihat hanya antena angler fish yang ternyata membawa maut.

Hidup ini -seperti yang banyak diucapkan orang- serupa roda. Ada masanya tinggi menantang angin, ada masanya tersungkur jatuh menghantam tanah. Sebagaimana roda, dia berputar. Ngga selamanya selalu ada di titik teratas dan ngga bakal terus-terusan ada di titik terbawah. Namanya hidup ya begitu.

Rodaku sendiri saat ini kayaknya sedang berputar ke bawah. Masalah-masalah dan hal ngga ngenakin mulai berkerumun datang. Kecil sih, tapi cukup bikin pikiran dan perasaan awur-awur ngga karuan. Yah, orang lebih sering kesandung kerikil kecil kan daripada batu besar?

Menghadapi perputaran rodaku, aku ngga mau naif, ngga mau berpura-pura jadi miss optimis yang selalu berpikiran positif tentang kehidupan. Aku bukan Mario Teguh yang dalam kondisi serendah apapun selalu bisa menuangkan optimisme dalam wujud kalimat motivasi pembangkit semangat. Maka persetan dengan optimisme, aku lakukan apa yang dilakukan orang-orang tersuruk lainnya.

Aku mengeluh, merutuki semua hal. Semua terasa salah. Ingin rasanya menyalahkan Tuhan dengan segala ketentuan perihal nasib dan takdir-Nya, tapi sayang imanku melarangku. Aku marah, kosakata umpatan terkeji berkumpul di ujung lidahku, memberontak ingin dikeluarkan. Tapi lagi-lagi imanku melarangku. Maka kutumpahkan semua yang tak terkatakan lewat sedu sengguk pada bantal hingga membekas basah.

Aku bukakan pintu selebar-lebarnya bagi kesedihan. Kubiarkan dia masuk, mengambil alih seluruh kendali atas rasa, pikiran, dan inderaku. Dan lihatlah, apa yang dia perbuat.

Semangat hidupku meruap, lenyap tak meninggalkan sisa. Dunia mendadak kehilangan warna. Yang tersisa hanya dua, hitam dan kelabu. Rasanya seperti sekumpulan Dementor berkeliaran di sekitarku. Aku lupa rasanya bahagia.

Salahkah yang kulakukan?

Rasanya tidak.

Optimisme, pikiran positif, dan semangat bukan jagoan dalam film superhero yang dikisahkan selalu menang. Terkadang mereka pun terkapar tak berdaya dibantai pesimisme, frustasi, dan putus asa yang brutal. Dan rasanya itu bukan kelemahan, lebih tepat dikatakan manusiawi. Boleh jatuh, asal jangan lupa bangkit lagi. Boleh bersedih, tapi ingat untuk berbahagia lagi. Hidupku boleh babak belur tergencet roda nasib, tapi semangatku harus tetap bertahan hidup untuk berjuang menaikkan rodanya lagi. Begitu kan?