Pages

Rabu, 23 Maret 2016

Hujan, Waktu Terbaik

Mereka bilang hujan adalah waktu terbaik untuk menyantap semangkuk mi rebus dengan telur dan cabai rawit

Atau untuk menghirup wangi kepulan wedang jahe sebelum kemudian menyesapnya perlahan dengan suara seruput pelan

Atau untuk membiarkan diri bergelung lebih lama dalam balutan selimut yang menyembunyikan tubuh dari kedinginan

Atau untuk menulis puisi tentang rindu yang tiba-tiba menggenang seperti genangan air hujan yang meluber dari saluran yang mampet

Atau untuk sekedar berdiam, membiarkan ramai suara rintik memecahkan hening dalam kepala

(Cikini, 23 Maret 2016)
Sabtu, 19 Maret 2016

Tiba-Tiba Saja

Jatuh cinta padamu seperti jatuh tertidur

Tak pernah sadar kapan dan bagaimana aku terlelap
Yang aku ingat hanya memejamkan mata
Tiba-tiba aku sudah dalam mimpi
Dan ketika terbangun hari sudah pagi

Seperti itu aku tertidur, seperti itu pula aku jatuh cinta

Tak pernah sadar kapan dan bagaimana aku menaruh hati,
Yang aku ingat hanya membuka percakapan
Tiba-tiba saja waktu melesat laju menempatkan kita pada ucapan selamat tinggal
Dan aku tidak sabar untuk kembali bercerita lagi

(Serpong, 19 Maret 2016)

Kamis, 10 Maret 2016

10 Maret 2016

Halo para pengguna commuter line! Bagaimana keadaan emosinya hari ini, sehat? Baik-baik saja? So far so good, so nice, makanan para juara?

Commuter line hari ini lagi asik sekali. Bukan maen. Uwuwu. Ntap! Kayaknya semesta nyoba buat sesekali ngeluarin aku dari putaran rutinitas pagi yang begitu-begitu saja. Naik - duduk - pake masker - tidur - mangap - bangun - nyampe - turun.

Semesta bosan ngelihat rutinitas sama yang kulakuin tiap pagi 6 hari seminggu, maka dia ngelakuin sedikit improvisasi biar ngga monoton. Dan terima kasih semesta, pagi ini beda. Yang terjadi adalah naik - duduk - pake masker - tidur - mangap - bangun - belum nyampe - tidur lagi - bangun lagi - seh, masih belum nyampe, ada apa ya? - keretanya ketahan ternyata! - lihat jam - syok - ngedumel dalam hati nyebutin nama-nama kingdom animalia - nunggu selama waktu yang lama sampai narator lelah dan digantikan narator baru - turun.

Dari pengumuman yang terdengar, dan juga tambahan kabar dari twitter, baru aku tau kalau ada kereta anjlok di jalur Tanah abang - Karet yang dampaknya bikin beberapa rute perjalanan keganggu. Di antaranya jalur yang mengarah dari Tanah abang ke Bogor. Kereta yang lewat rute itu sama sekali ngga beroperasi.  Jalur Serpong - Tanah abang pun kena dampaknya. Kereta ketahan lama karena banyak antrian kereta yang masuk dan keluar di Tanah abang. Begitu pun keretaku. Stuck di tengah rel menuju Tanah abang, nunggu antrian selama setengah jam lebih.

Aku ngelihat jam. Kotor, banyak kuning-kuning, banyak lalat. Salah lihat, ternyata yang kulihat jam-ban. Aku ngelihat jam di hapeku. Jam setengah 8 lebih 10. Terlambat satu jam dari biasanya. Biasanya jam setengah 7 lebih aku udah nyampe Tanah abang. Dilanjutkan transit naik kereta arah Bogor dan turun di Manggarai. Sekarang jam segini aku baru turun di Tanah abang. Ditambah lagi kereta yang mengarah ke Manggarai ngga beroperasi. Maksimal jam setengah 9 aku sudah harus absen finger print. Berarti waktuku tinggal 40 menit menuju kantor. Lewat dari itu aku dianggap alfa. Aku mulai panik. Aku ngga mau dianggap robot kepala gepeng yang suka ngomong "ayayaya".

Beruntung kita hidup di jaman yang canggih, jaman di mana ojek bisa dipanggil dengan mudah, semudah menggeser jari, dengan bantuan aplikasi. Ojek onlen. Entah dengan kalian, tapi setiap habis mesen ojek onlen aku ngerasa keren sekali, serasa kayak Goku. Goku berteriak manggil "awan kinton!" lalu awan kinton datang ngejemput dia. Keren. Seperti itu. Aku pegang hape, buka aplikasi, mesen, lalu abang ojek onlen datang ngejemput. Canggih. Bedanya awan kinton ngga minta bayar 17ribu pas rush hour. Ngga papalah, yang penting ngga telat.

Mau lanjut cerita tapi aku ngantuk. Udah ah.

Minggu, 06 Maret 2016

Dari Ngantuk, Jerawat, Sampai Kangen

Ngga tau habis makan apa atau kena hipnotis di mana, tapi hari kemarin rasanya ngantuk lagi membabi buta banget. Bawaannya pengen tidur terus. Berasa habis gadoin antimo satu renceng. Dalam 24 jam waktu satu hari, nyaris setengahnya habis kupakai tidur.

Dimulai dari pagi, di perjalanan ke kantor aku tidur di kereta sampai bablas kelewatan tiga stasiun. Harusnya turun di stasiun Cikini, tapi baru kebangun menjelang stasiun Juanda. Siangnya jam 11an, mata mulai berasa berat dan aku ngga berhenti nguap. Nunggu jam istirahat masih lumayan lama. Maka aku ngumpet di pojok ruangan, lalu tidur ngegelatak di lantai sampai jam setengah 12 lebih. Ngga lupa sebelumnya titip pesan sama partner seruangan, kalau ada yang nyariin bilang aja aku di kamar mandi. Kalau ditanya lagi ke kamar mandinya kok lama, bilang aja aku lagi sembelit, udah seminggu ngebom ngga lancar. Ya Allah, semoga tulisan ini ngga kebaca sama Pak bos dan para atasan. Kalau pun kebaca, semoga mereka lupa caranya membaca. Atau mereka lupa cara berbahasa Indonesia.

Apa setelah itu ngantuknya hilang? Sayang sekali, ngga. Ngantuk masih berasa waktu aku pulang dan lagi-lagi aku tidur di kereta. Untung yang kali ini ngga bablas kelewatan. Dua stasiun sebelum turun udah kebangun. Malamnya ngantuk masih berlanjut, jam setengah 10 aku udah tegeletak ngga sadarkan diri di kasur dan baru siuman jam 8 pagi. Bukan maen. 

Aku pun cerita masalah ini sama mas calon masa depan yang demi keringkasan penulisan kita singkat aja jadi camasdep. Ekspektasi, direspon dengan kata manis penuh perhatian macam "ya ampun, kamu kecapean kali. Yuk jajan, biar energinya keisi". Kenyataan, malah dikatain kebo. Saos tartar emang manusia satu itu. Untung sayang, kalau ngga sekarang pasti dia lagi guling-guling kegelian karena boneka voodoo-nya sedang kukitik-kitik.

Ngga cuma lagi ngantukan, beberapa hari ini juga aku lagi jerawatan. Lagi. Emang sih biasanya kalau tamu bulanan lagi dateng kunjungan, jerawat suka ikutan dateng. Tapi biasanya cuma sebiji, ngga kayak sekarang yang datengnya rame-rame kayak rombongan nganter haji. Banyak yang bilang kalau ini jerawat kangen, menimbang aku dan camasdep yang udah nyaris seminggu ngga ketemuan. Mitos yang banyak beredar gitu kan, jerawat nongol karena lagi naksir atau lagi kangen. Ngga ada gitu mitosnya orang jerawatan karena feng shui yang ngga hoki. 

Kalau bener kangen itu memicu jerawat, berarti kangen ngga ada bedanya sama butiran debu ya. Di muka bikin jerawatan. Kehirup, ganggu jalur nafas, bikin sesak. Di mata bikin pedih berair. 

Aku tanpamu, butiran debu = aku tanpamu, kangen. 
Kamis, 03 Maret 2016

Pesan Yang Menunggu Ditemukan

Angin tak hanya menerbangkan layang-layang, terkadang ia pun menerbangkan pesan yang tak sempat tersampaikan
Karena pesan kadang merupa anak pemalu yang tak cukup nyali untuk mengucap sendiri pada yang tertuju
Untuk kamu, arah laju pesanku, pemilik nama yang membuat doaku lebih panjang dari biasanya

Riuh mungkin mampu meredam sunyi, tapi tidak menekan sepi
Ini jantungku, semoga salah satu alasan detaknya adalah untuk menghingarkan waktu-waktu heningmu
Namamu di telingaku tak ubahnya bel pertanda istirahat di tengah pelajaran yang paling kubenci, mendengarnya dibunyikan aku bahagia
Dunia yang tanpa kamu, aku sanggup hidup di dalamnya, namun tak akan kukenali lagi warna-warna selain hitam dan kelabu
Untai-beruntai bait syair dari kepalaku yang katamu gombal bagiku jujur yang sebenar-benarnya jujur

Kita, kata favoritku di dunia, harapan yang dengan seringnya kusematkan dalam doa dan kusemogakan dengan aamiin
Ada masanya aku adalah pengeluh yang gemar merutuki hidup, tapi denganmu bahkan hal terburuk bisa kusyukuri
Mereka bilang hidup adalah perjalanan, maka mari kita tempuh bersama, agar jauh kita sanggup melangkah
Untuk kita, yang sedang menanti di masa depan ditemani batang rokok terakhir yang nyaris puntung

Bacalah meski hanya huruf pertama saja

(Cikini, 4 Maret 2016)