Pages

Senin, 28 Desember 2020

Sumpah, Nyesel!

Petttt!

Suasana mendadak gelap. Semua perangkat yang bersumber energi listrik tiba-tiba meregang nyawa. Mati.

"Aaaa, file gue belum disave!!!"

"Aaaa, hape gue lowbat belum dichas!!!"

"Aaaa, filmnya mau mulai ya?"

"Lu kata bioskop woiii!!!"

Hari itu, pemadaman listrik menimpa sebagian besar wilayah Jakarta, termasuk kantorku. Berhubung hampir semua aktifitas kerja di lantai tiga dan empat menggunakan komputer, maka mati listrik berarti mati gaya. Di kantor ada jenset sih, tapi masih dalam bentuk rencana, jadi belum bisa dipake. Ngga banyak yang bisa dilakukan di tengah ruangan gelap dan perangkat kerja yang ngga bisa nyala selain beberes dokumen, main tebak bayangan dilatari senter hape, atau mengadakan doa bersama semoga teknisi PLN bergerak cepat.

Ngga berapa lama, telepon di ruanganku bunyi.

"Halo?" Aku mengangkat telepon.

"Sita, Sita, ke lantai tiga sini, Mami lagi cerita serem!" Terdengar suara Dini, temanku penghuni lantai tiga. Mami itu senior manajer lantai tiga dan lantai empat. Bisa dibilang kepala suku kami. Sesepuh. Ketua geng. Ibu kita. Kalau Ibu kota itu Jakarta.

"Iya?? Waaaa, nanti aku turun deh!" Kataku bersemangat. Aku memang punya ketertarikan dengan cerita-cerita mistis. Kombinasi yang aneh sebenernya, gampang ketakutan tapi doyan cerita mistis. Biarlah, seengganya ngga seaneh orang yang getol ngajakin ngumpul tapi pas hari H tiba-tiba bilang ngga bisa dateng di last minute. Sumpah, itu aneh banget.

Di ruangan lantai tiga, nampak teman-teman yang lain sudah duduk melingkar mengelilingi Mami di tengah-tengah, macam anak pramuka lagi ngelilingin api unggun di acara Persami. Suasana mencekam, gelap dan sunyi. Di ruangan ini ngga ada jendela yang mengarah langsung ke luar, maka ketika listrik mati, lagi melek pun rasanya kayak lagi merem saking gelapnya. Untunglah ada sedikit remang cahaya dari layar hape.

"Sini Sita, duduk sini!" Dini menyilakan aku duduk di sebelahnya. Aku duduk, ikut menyimak Mami yang sedang bercerita tentang gangguan-gangguan mistis di rumahnya. 

Mami bercerita dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan. Bikin indeks keseraman ruangan naik melebihi ambang batas normal.

"..pembantu Mami sering tuh digangguin. Pernah waktu itu dia lagi mandi, terus tiba-tiba ada suara orang bisik-bisik di telinganya. Was wes wos gitu.."

Hening. Semua nampak serius menyimak Mami.

"Adek Mami malah ngeliat, sosoknya gede, berbulu, badannya kurus sampai bentuk tulangnya keliatan. Pas adek Mami lagi tidur, itu makhluk iseng ngedudukin adek Mami!"

Di tengah cahaya yang temaram, tampak raut-raut wajah yang menegang. Beberapa mencengkeram lengan teman sebelahnya.

"Bokapnya Mami juga. Lagi di dapur. Tiba-tiba aja muncul p***ng di depannya. Ngga cuma satu lagi. Tiga!!!!"

(Catatan : btw paham kan yah p***ng yang aku sensor maksudnya apa. Yang jelas bukan pisang. Di lingkungan teman-temanku, ada kecenderungan untuk menyamarkan nama-nama penghuni dunia sana karena kami manusia-manusia bernyali sebesar upil dibelah tujuh punya ketakutan untuk menyebut namanya. Takut mereka berasa dipanggil. Awalnya p***ng kita samarkan jadi Mr. P, tapi temanku bilang sebutan Mr. P udah dipake duluan sama Dokter Boyke buat hal lain. Takut ambigu. Jadi ya sudah, kusensor aja.)

Macam api yang makin dikipas makin besar, serupa itulah Mami bercerita. Wajah ngeri tegang penyimaknya membuat cerita Mami makin lama makin seru dan dramatis, bikin bulu kuduk berdiri lebih tegak dari pasukan pengibar bendera pas tujuh belasan di Istana Negara.

Mendengar cerita Mami, perasaanku lama kelamaan mulai ngga enak. Aku bergidik,  ngga nyaman dengan suasana di sini. Demi kesehatan jiwa dan keselamatan rohaniku, akhirnya aku putuskan untuk kabur, kembali ke ruanganku sendiri.

Malamnya, aku nyesel karena ninggalin cerita Mami. Nyesel. Kenapa ngga ninggalin lebih awal????? Sensasi ngerinya masih tertinggal di perasaan. Mensugesti suasana sehingga aura kamar serasa jadi lebih mencekam. Malam jadi meresahkan. Rasanya ingin cepat-cepat jatuh tidur biar cepat-cepat malam berubah pagi. Tapi yang terjadi justru kebalikannya. Aku ngga bisa tidur.

Aku ngelihat jam. Udah hampir jam setengah 1. Ngga bisa gini terus. Besok aku masih harus bangun subuh dan kerja. Aku harus tidur. Maka demi kantung mata tidak menebal macam bapak mantan presiden yang sudah mengeluarkan banyak album, aku memutuskan untuk ngungsi tidur. Aku bawa selimut dan hape lalu pindah tidur sama Mamah. Hape aku taro di meja deket kasur supaya kedengeran kalau alarmnya bunyi. Ngga berapa lama, akhirnya aku bisa tidur.

"...andaikan detik itu (aaaa) kan bergulir kembali (aaaa).."

Sayup-sayup di tengah tidurku aku mendengar suara lantunan lagu Ada Band. Aku kebangun dan ngelihat jam. Jam 3 lebih. Jam segini suara lagu dari mana sih? Orang makan krabby patty jam 3 pagi aku bisa maklum, lah nyetel musik?

Awalnya aku kira itu suara tivi yang sedang ditonton kakak iparku. Dia memang suka kebangun larut malam dan nonton tivi sebentar sebelum lanjut tidur lagi. Tapi kayaknya bukan dari tivi. Suaranya kenceng soalnya, deket banget. Aku pun coba mencari dari mana sumber suara.

Ketemu.

Aku menelan ludah.

Suaranya berasal dari hapeku yang tergeletak manja di meja. Iya, dari hape. Hape yang ngga berbunyi sama sekali sebelum aku tidur. Hape yang tiba-tiba mp3-nya nyala sendiri jam 3 pagi. Iya. Mp3. Nyala. Sendiri.

MP3. NYALA. SENDIRI.

Sialan. 

Dari sekian banyak peserta uji nyali yang ikut kenapa isengnya ke mari sih??