Pages

Kamis, 21 Mei 2020

(Fiksi) Dunia Aladita - 4

Jumat, 1 Februari 2019

Setelah dua hari menghambakan diri menjadi pesuruh Ibu yang siap diperintah apa saja dari belanja, cuci piring, nyapu, ngepel, sampai jagain Ale, akhirnya aku mendapat izin resmi dari Ibu agar boleh menginap di rumah Joan besok (kerja bagus, otot-ototku. Kalian sudah berusaha keras. Aku bangga). Besok katanya orangtua Joan harus pergi ke Malang menghadiri acara nikahan kerabat dan kemungkinan pulang Minggu malam. Joan disuruh di rumah saja buat belajar karena Seninnya kami ada ulangan Biologi. Jadi Joan ngajak aku dan Ruri buat nginep di rumahnya, nemenin sekalian belajar bareng.

Joan dan Ruri adalah sahabatku. Joan nama aslinya Joanita. Waktu kecil nama panggilannya itu Ani, tapi katanya dulu ada bocah iseng yang suka ngeledek dia sebagai pacar Roma Irama. Tiap kali Joan lewat, bocah itu pasti menyanyikan lagu Ani dengan keras. Joan sebal, dan memutuskan mengganti nama panggilannya jadi Joan. Kadang aku dan Ruri iseng manggil dia dengan nama Ani, tapi mengingat sabuk karatenya yang sekarang sudah warna hitam, kami merasa nyawa kami tak pantas dipertaruhkan hanya untuk melihat wajah cemberut Joan, jadi kami menurutinya untuk memanggil dengan nama Joan. Selain karate, Joan juga suka hal-hal penyebab keringat lain seperti lari, badminton, dan basket. Terkadang ia meneleponku pagi-pagi untuk mengajak jogging, tapi yang benar saja, selimutku terlalu posesif.

Sahabatku satu lagi namanya Ruri. Dia suka membaca. Benar-benar suka membaca. Beda denganku yang ranah bacaannya hanya seputaran novel dan komik. Brosur yang dibagikan di mall, keterangan ingredients di belakang snack, spanduk tepi jalan, segala hal dia baca. Pernah ketika sedang naik ojek, dia menyuruh abangnya ngebut mengejar pengendara motor jauh di depannya. Menyangka telah terjadi suatu kejadian yang mungkin bersinggungan dengan kriminalitas, Abang ojek menyanggupi permintaan Ruri. Adegan kejar-kejaran ala film terjadi. Abang ojek mengebut, menyalip-nyalip, sampai menelusup di antara sela-sela kendaraan lain. Sungguh mendebarkan. Setelah terkejar dan berhasil merendengi pengendara itu, yang terjadi ternyata Ruri hanya mau membaca tulisan di kaos Dagadu yang pengendara itu pakai. Antiklimaks. Abang ojek itu? Sekarang dia jadi ojek langganan Ruri. Entah sudah berapa banyak misi pengejaran kaos Dagadu yang mereka lakukan. 

Ngomongin Ruri, aku jadi teringat kalau aku punya kenangan ngga mengenakkan yang secara ngga langsung berkaitan dengan dia. Dulu waktu bagi rapor kenaikan kelas pas SMP, aku ngga sengaja denger Ibu ngobrol-ngobrol sama Mamanya Ruri. Kira-kira begini percakapannya. 

Ibu : Wah selamat ya Bu, Ruri ranking satu lagi. Makan apa sih dia sampai pinter gitu?

Mama Ruri : Ya biasa aja Bu, makan nasi kok. Cuman dia suka banget makan telor ceplok pake kecap.

Gara-gara itu, setiap hari, bener-bener setiap hari, dari Senin sampai ke Senin lagi, Ibu selalu bikinin aku telor ceplok pake kecap. Selalu. Baru berhenti setelah sesosok bisul cantik bertengger anteng di punggungku. Masih terbayang olehku bagaimana pedihnya menjelang bisul itu mau pecah. Hih. Sejak itu aku benci sekali dengan telor ceplok dikecapin. Telor dadar masih enak. Omelet aku suka. Telor gulung itu surga.

Wah udah jam segini. Aku mau siap-siapin bawaan buat besok dulu.

Yang harus dibawa buat nginep :
- baju ganti sama daleman. Yang cakep.
- sikat gigi dan sabun muka. Odol, sabun, sama sampo minta Joan aja.
- piama lucu satu stel. Jangan belang-belang atasannya beruang bawahannya kelinci.
- masker bawa tiga buat maskeran malem-malem.
- make up pouch sama isi-isinya bawa semua.
- cemilan dan minuman. Yang banyak. Joan makannya banyak soalnya. Snack chitata wajib.
- kartu uno buat main. Bedak tabur buat yang kalah ada di make up pouch.
- YA AMPUN BUKU BIOLOGI BUAT BELAJAR LUPA!


Rabu, 20 Mei 2020

(Fiksi) Dunia Aladita - 3

Rabu, 30 Januari 2019

ASTAGA ASTAGA ASTAGA!!!!

Hari ini salah satu hari terbaikku di dunia! DTS, boyband negeri ginseng paling keren sedunia (duniaku seengganya. Mohon maaf ya fandom lain) baru aja meluncurkan mv baru lagi sore ini!!!! Horeeee!!! Tadinya aku pengen pingsan saking senangnya, tapi ngga jadi. Gimana nontonnya kalau pingsan kan, jadi aku ganti loncat-loncat keliling kamar aja.

Aku ngga habis pikir, kenapa personil DTS ini keren-keren sekali??? Waktu menciptakan mereka, pasti Tuhan sedang dalam mood terbaiknya. Terutama saat Jun. Aduh Jun ini.. Sebagai istri onlinenya, aku bangga sekali punya suami seperti Jun. Kalau aku penulis kamus 1 milyar kata Indonesia - Korea, kata ganteng pasti aku terjemahkan jadi Jun dalam bahasa Korea. Gantengnya melebihi standar rupawan manusia biasa. Curiga jangan-jangan dia diciptakan sebagai representasi bidadara surga bagi para manusia bumi. Definisi ganteng yang sesungguhnya.

Tapi selain Jun, entah kenapa belakangan ini perhatianku juga tercondong pada RA, leader DTS, pengisi bagian rap. RA emang ngga seganteng Jun, tapi karisma yang dipancarkan ngga kalah dari Jun. Dia punya auranya tersendiri. Kayaknya apa aja yang dia lakuin meski sekadar senyum doang pun enak dilihatnya. Minta dilimpahi curahan cinta kasih banget. Selain itu, dia juga penuh dengan talenta. Pintar berbicara bahasa Inggris, pandai bikin lagu, jago ngerap.., duh, ngga bisa terbantahkan kalau RA KEREN BANGET!!! Aku sukaaa!!

Duh, seperti inikah rasanya mencintai lebih dari satu orang? Aku ngga bermaksud berpaling dari Jun. Dia ngga hilang, dia tetap suami online kesayanganku dan akan selalu begitu. Tapi aku ngga bisa mengingkari kata hatiku sendiri. Aku ngga bisa membantah ini. Tanpa kusadari, ternyata aku sudah jatuh. Jatuh yang tidak nyeri, tapi membawa rasa dalam hati. Tanpa memperkecil ruang yang ada, aku membangun ruang yang sama lapangnya. Aku jatuh cinta pada RA, tanpa kehilangan cintaku pada Jun. 

Ya ampun, aku terlibat cinta segitiga!

Ya Tuhan, kenapa Kau tempatkan aku pada cinta segitiga seperti ini? Aku mohon, jangan sampai nanti Jun dan RA harus bertengkar karena memperebutkan aku. Aku ngga mau hubungan persahabatan yang sudah begitu erat bagai saudara harus pecah gara-gara aku. Jangan sampai Kau tempatkan aku pada situasi yang mengharuskan aku memilih salah satu dan menyakiti yang lain. Aku ngga mau itu terjadi. Siapapun yang nanti terluka, aku ikut merasakan pedihnya. Untuk saat ini, biarlah aku menikmati rasa yang ada, mencintai lebih dari satu nama dalam satu masa.

Eh tapi kalau begitu, aku harus menyatakan diri sebagai istri online siapa ya? Istri Jun? Istri RA? Atau dua-duanya? Masa di usia 15 aku sudah menerapkan praktek poliandri?

Selasa, 19 Mei 2020

(Fiksi) Dunia Aladita - 2

Senin, 28 Januari 2019

Kalau disuruh menyebut dua hal di dunia ini yang bisa membuatku sebal sampai naik ke ubun-ubun, yang pertama adalah kecoa. Aku benci sekali makhluk itu. Saking bencinya, aku pernah berpikir untuk mengambil jurusan nuklir ketika kuliah nanti dan berencana membuat bom nuklir besar untuk memusnahkan populasi kecoa di dunia. Tapi kemudian aku tahu dari internet kalau kecoa ternyata kebal terhadap nuklir. Syukurlah aku tahu sekarang, sebelum aku benar-benar membuat mumet diri sendiri dengan memilih kuliah di bidang nuklir.

Hal kedua yang benar-benar jadi pemicu untuk aku terkena darah tinggi di usia muda adalah Ale. Dia adikku, usianya 3 tahun. Aku bukan membencinya, ngga. Yang bikin aku sebal adalah perlakuan Ibu dan Ayah padanya. Ale diperlakukan bagai pangeran pewaris tahta terakhir kerajaan. Bagai keramik dari dinasti China jaman dulu. Disayang-sayang sekali.

Pernah waktu itu secara ngga sengaja aku menginjak mobil-mobilan Ale sampai bannya lepas satu. Sumpah, ngga sengaja. Mobil-mobilannya nyelip di bawah karpet, aku ngga lihat. Ale menangis keras. Ibu marah, menyuruhku membeli mobil mainan baru untuk Ale sebagai ganti. Kukatakan aku ngga mau karena aku butuh uang untuk beli merchandise DTS, tapi Ibu ngga mau mengerti dan malah mengancam akan memotongnya sendiri dari uang sakuku. Dengan rasa keterpaksaan yang tinggi, akhirnya aku pergi membeli mobil mainan baru untuk Ale dan menghabiskan waktu setengah jam di hadapan dompetku menangisi merchandise yang batal kubeli.

Dan yang membuatku makin ingin mengepos Ale dengan paket kilat ke Azerbaijan, Ale baru saja menghabiskan lipgloss berwarnaku. Dia memakainya untuk menggambar. Ibu dan Ayah bukannya memarahi Ale lalu menghukumnya untuk menjadi pelayanku seumur hidup, mereka malah membela Ale dengan alasan dia masih kecil, ngga mengerti yang dia lakukan dan memintaku memaafkannya. Reaksiku? Emosiku yang sudah naik ke kepala tentu saja menolak. Aku pergi ke kamarku, menutup pintu, dan segera mencari di internet berapa biaya pengiriman paket ke Azerbaijan.

Tak lama terdengar suara ketukan di pintu. Ternyata Ibu dan Ale di sebelahnya. Dia bilang Ale benar-benar menyesal dan ingin memberi sesuatu sebagai tanda permintaan maaf. Dengan wajah digemas-gemaskan, Ale menyodorkan secarik kertas sambil meminta maaf padaku. Secarik kertas berisi gambar hati. Digambar dengan sesuatu berwarna pink. Lipgloss berwarnaku.

Sial, biaya pengiriman paket ke Azerbaijan mahal sekali.



Senin, 18 Mei 2020

(Fiksi) Dunia Aladita

Minggu, 27 Januari 2019

Astaga. Sudah 15 tahun lebih aku hidup, tapi baru hari ini aku menemukan fakta tak terduga tentang jati diriku. Bermula dari tadi siang. Aku yang sedang sibuk mengulang-ulang *MV terbaru dari *DTS  untuk entah yang ke berapa kalinya biar jumlah viewsnya naik terus, dimintai tolong Ibu untuk ikut bantu beberes gudang. Ingin menolak tapi takut berdampak pada stabilitas uang jajan (yang sedang butuh-butuhnya banget demi album baru DTS), maka mau ngga mau dengan seperempat hati (karena sebagian besar hati sudah teralokasikan buat Jun DTS. Ngga bisa diganggu gugat) aku turun tangan ikut bantu ibu.

Kami membereskan banyak barang. Buku-buku pelajaran lamaku, debu, mainan lama adikku si Ale, debu lagi, peralatan rajut ibu waktu hamil Ale dulu yang diniatkan bikin topi dan sepatu sendiri tapi pembuatannya berhenti di tengah-tengah dan berujung beli juga pada akhirnya, debu lagi, gitar lama Ayah, debu plus sarang laba-laba, dan banyak lagi barang lama lainnya yang sudah ngga terpakai dan keberadaannya kami lupakan. Juga debu.

Di antara tumpukan buku, ngga sengaja Ibu nemuin album foto lama yang isinya foto-fotoku dulu waktu masih bayi polos, suci, lucu, dan tanpa dosa. Gemas, minta disayang. Terbawa nostalgia, Ibu bercerita tentang masa-masa saat hamil aku dulu. Aku lahir di Yogyakarta, kota tempat Ibu dan Ayah sempat tinggal selama beberapa lama karena Ayah ada urusan kerja di sana. Kata Ibu, tangis pertamaku pecah menyapa dunia tepat ketika azan Ashar berkumandang. Lalu ibu mengungkapkan fakta mengejutkan yang bikin aku tercengang. Fakta mengagetkan tentang diriku yang baru Ibu nyatakan sekarang, setelah 15 tahun aku hidup.

Namaku, Aladita Washar, yang kusangka hanya sekadar nama tanpa arti karena ketika kucari artinya dalam situs-situs arti nama di internet hasilnya nihil, ternyata dibuat oleh Ayah dengan makna dan maksud terkandung di dalamnya. Makna yang besar. Tentang jati diriku. 

ALADITA WASHAR. Anakku LAhir DI yogyakarTA WAktu aSHAR. 

Wow.

Kata Ibu lagi, untunglah aku lahir pas waktu Ashar, karena katanya kalau aku lahir di waktu siang hari, rencananya Ayah mau memaknakan namaku jadi Anakku LAhir DI yogyakarTA WAktu SIang haRi. 

Aladita Wasir.

Aku menulis ini sehabis berdoa panjang selepas salat, mengucap syukur sebesar-besarnya pada Allah atas Maha Baik Dia, yang atas belas kasih-Nya menjauhkan aku dari nama yang akan membawa aku pada derita ceng-cengan sepanjang hidup.

Salam,

Aladita Washar yang hampir jadi Aladita Wasir.

*Ket :
Mv : music video atau bahasa Indonesianya video musik.
DTS : boyband korea yang sekarang sedang beken-bekennya. Beranggotakan tujuh orang, yaitu RA, Jun, Saga, J-Hap, Jomin, P, dan Jong Kak.

Rabu, 06 Mei 2020

Cinta yang Dewasa

Kelak aku akan jadi membosankan. Kelak perbincangan denganku tak lebih menarik dari acara talkshow yang lebih banyak bercandanya dibanding sesi bincang-bincangnya. Kelak aku sekadar dianggap ada sebagai bagian dari rutinitas harian. Kelak pesan dariku tak lagi dirasa penting untuk dibalas dengan segera. Kelak cerita tentang bagaimana hariku berjalan akan terkalahkan oleh berita pemenang liga spanyol sebagai hal utama yang ingin didengar.

Lumrah. Bukan karena ada pihak yang salah atau ada hal yang bermasalah. Memang terjadi secara alamiah. Waktu dan keterbiasaan memudarkan debar dan getar tanpa tersadar. Percikan tak memercik selamanya. Terang kembang api hanya sejelalat, nyala api unggun hanya sesaat, pijar puntung rokok hanya sekilat. Segala yang membara akan menemui padam. Semua gelora akan mereda jadi temaram. Segenap yang berharga akan terdepresiasi, seperti nilai aset pada pencatatan akuntasi.

Bukan karena cinta sudah tak lagi di sana. Tidak, cinta tidak hilang. Kupu-kupu dalam perut mungkin sudah pergi entah ke mana, tapi cinta masih turut menyerta. Cinta tetap ada, hanya berubah saja wujudnya. Dia tumbuh mendewasa seiring waktu menuakan usia. Bukan lagi berupa asmara remaja yang penuh romansa. Bukan lagi tentang rasa berbunga-bunga dalam dada. Bukan lagi tentang sipu malu-malu saat perlahan jemari mendekat dan bertemu. Bukan lagi tentang mata yang kesulitan menutup di waktu tidur karena jantung terlalu kencang berdegup mengingat saat bibir saling mengecup.

Cinta berubah, menjadi keinginan untuk terus bertahan meski kenyataan tak lagi menampilkan hal yang indah-indah saja. 

(Serpong, 7 Mei 2020)