Pages

Rabu, 10 Juni 2015

Hari 10 : Rumah

Meski harus berpeluh berdesakan terhimpit manusia dalam kerumunan
Meski harus terjebak durjananya kemacetan
Meski harus menebas jauhnya jarak perjalanan
Namun sungguh, tempat itu layak untuk diperjuangkan
Tempat itu layak untuk ditumbali dengan waktu, lelah, penat, dan keringat yang bercucur membasahi pakaian

Tempat itu
Sebut sajalah rumah

Aku pulang..

Selasa, 09 Juni 2015

Hari 9 : Dari Tanah Abang

Halo.

Postingan ini diketik di stasiun, di antara himpitan riuh manusia yang banyaknya bikin girang titan-titan yang ngeliat. Disangka mereka ada yang lagi hajatan kali, banyak makanan. Ngga kebayang kalau orang-orang ini pada mau foto selfie dan semua harus kebagian masuk frame. Mungkin tongsisnya harus sepanjang jalur tol Jakarta-Bandung.

Keretanya terlambat dateng katanya, makanya akhirnya terjadi penumpukan penumpang di stasiun. Enak ya jadi kereta, kalau telat ngga dapet hukuman. Coba kita dulu waktu sekolah, telat lima menit dihukum berdiri di lapangan. Telat dua bulan dihukum amukan orang tua.

Tapi kalau kereta dateng telat dan penumpang numpuk gini, bisa dipastikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan, bukan rame-rame ngelakuin tarian pemanggil kereta dengan petugas sebagai instruktur di depan, tapi yang akan terjadi selanjutnya adalah aksi dorong-dorongan ketika kereta dateng.

Ngga tau yah, tapi kayaknya orang-orang yang naik kereta ini punya cita-cita yang ngga kesampean untuk jadi motivator. Tahu sendiri kan gimana motivator, suka ngasih dorongan-dorongan semangat. Orang kereta pun sama, mereka suka ngasih dorongan. Dorongan secara harfiah tapi, bukan dorongan semangat.

Herannya, biarpun punya banyak penumpang yang ahli ngedorong, tapi ketika kereta mogok ngga ada satupun penumpang yang turun buat dorongin dari belakang sementara masinis ngestarter kereta.

Eh keretaku dateng. Udah dulu ah, banyak saudara-saudara saya yang super yang kayaknya butuh dorongan.

Jumat, 05 Juni 2015

Hari 5 : Jenuh

Saus tartar dengan konsistensi. Jelaslah konsistensi bukan nama tengah saya. Saya tipe manusia yang bisa dibilang anget anget tai ayam. Bukan berarti saya bau, kecokelatan dan suka ngga sengaja keinjek orang. Saya bosenan. Semangat di awal, berapi-api di permulaan, lalu bosan kemudian dan akhirnya berakhir di tengah-tengah.

Banyak hal-hal yang saya sudahi tanpa terselesaikan karena terkontaminasi jenuh. Seperti merajut. Menulis novel. Bermain gitar. Membaca beberapa buku yang masih teronggok belum saya tuntaskan sampai sekarang.

Saya dan jiwa angot-angotan saya.

Dan sekarang, jenuh kembali datang, mencoba menginfeksi beberapa hal yang sedang coba saya jalani. Diantaranya, satu hal yang ingin saya selesaikan hingga akhir. Satu hal yang tak sudi saya matikan di tengah-tengah. Satu hal yang mulai terasa sedikit menjenuhkan, tapi pasti akan lebih memenatkan bila disudahi.

Ah, persetan dengan kejenuhan! Tak jenuhkah dia selalu datang dan datang lagi?

Rabu, 03 Juni 2015

Hari 3 : I Was Born to...

"I was born to tell you i love you.."

Kenal dengan kalimat di atas? Yak, kalimat di atas adalah penggalan dari lirik lagu Secondhand Serenade yang berjudul Your Call. Lagu itu sempet ngeheitz pada jamannya beberapa tahun yang lalu. Bahkan sampai sekarang. Terbukti dari banyaknya jumlah orang-orang yang mengcover lagu itu, entah di soundcloud, youtube, instagram, dan juga di media lainnya. Cuma di asuransi aja yang ngga, karena asuransi bisanya ngecover biaya kesehatan bukan ngecover lagu.

Banyak orang beranggapan penggalan lirik itu terdengar manis dan romantis. I was born to tell you i love you. Aku terlahir untuk menyatakan aku sayang padamu. Sadis. Rata-rata cewek yang dinyanyiin lagu itu bisa dipastikan langsung mesem-mesem girang histeris macam bocah dapet huruf N dari permen karet yosan *saus tartar, ketauan deh umurnya!*.

Bagi sebagian besar orang mungkin terdengar manis, tapi bagiku ngga. Aku ngga suka lirik itu. Apaan, lahir cuman buat ngomong i love you. Cih. Terus kalau udah ngomong i love you tujuan hidupnya selesai gitu?? Kalau udah nyatain sayang, setelah itu mau ngapain, bungee jumping dari puncak Burj Khalifa tanpa tali, hah?? Apa ya, menurutku nanggung aja gitu.. Kenapa cuman nyatain? Emang ngga mau ngehabisin sisa waktu sama-sama? Ngga mau menyambut tua bareng sambil tetep gandengan tangan berdua? Ngga mau main bola bareng bocah kecil yang rambutnya mirip kamu dan matanya mirip aku?

Jadi ketibang "i was born to tell you  love you", rasanya lebih manis kalau "i was born to spend the rest of my life and grow old with you..". 

Yeah, maybe it sounds cheesy, but hey, we love cheese!

Selasa, 02 Juni 2015

Hari 2 : Junji Ito

Kadang aku merasa diriku ini aneh. Salah satu sebabnya karena keenggananku nonton film horor tapi suka sekali baca cerita horor. Aku ngga suka dengan efek suaranya yang bikin aku waswas menebak-nebak, bakal nongol dari mana tu setan. Aku juga ngga suka dengan adegan jumpscare si setan nongol tiba-tiba yang secara refleks bikin aku jejeritan tanpa bisa aku kontrol volume suaranya. Deg-degan liat nama si dia nongol di layar hape saya suka, deg-degan liat guling loncat nongol di layar film saya ngga suka. Film hantu-hantuan yang berani aku tonton tanpa tutup mata hanya sebatas Casper.

Makanya aku sebel kalau ada film horor yang sedang hapening banget macam Conjuring waktu itu, pasti temen-temenku ribut ngajakin nonton. Aku merasa sayang keluar uang nonton bioskop cuman buat nutup mata selama satu jam lebih. Mending buat investasi di reksadana. Peduli amat lah dibilang cemen karena selalu nolak ikut, emang aku Holcim?

Beda kalau komik atau cerita. Aku merasa lebih aman. Ngga bikin kaget. Ngga bikin deg-degan. Aman di lambung. Biarpun kadang setelah baca pun ada rasa takut tertinggal, tapi kadarnya masih lebih rendah. Aku masih bisa tidur nyenyak tanpa ada bayangan seram dalam kepala. 

Akhir-akhir ini aku lagi suka sekali baca komik-komik Junji Ito. Semakin banyak komiknya yang kubaca, semakin aku dibuat takjub sama otak dibalik cerita dan gambar yang sengklek itu. Ngga ngerti lagi sama imajinasinya. Entah beliau dikasih makanan pendamping ASI apa waktu masih bayi. Ide-ide ceritanya ngga terduga. Bukan horor standar tentang gangguan arwah ngga tenang yang meninggalnya ngga wajar. Horornya out of the box. Horor aneh yang bikin perasaan ngga enak. 

Salah satu komik serinya berjudul Uzumaki. Bukan tentang bocah ninja yang badannya dimasukin sama penunggu pohon beringin rubah ekor sembilan, tapi tentang satu kota bernama Kurozu-cho yang dikutuk dengan spiral.

Tokoh utamanya seorang gadis bernama Kirie  yang punya pacar  bernama Kanan Shuichi. Cerita berawal dari Ayah Shuichi yang punya obsesi terhadap bentuk spiral. Obsesinya udah sampai tahap parah sekali, mendekati ngga waras. Jiga nu gelo kalau kata orang sunda mah. Hingga akhirnya suatu hari, Ayah Shuichi ditemukan meninggal dengan badan melingkar membentuk spiral. Namun meski ayahnya meninggal, obsesi Ayahnya dengan spiral masih tetap tertinggal, terus menghantui Shuici dan Ibunya. 

Keluarga Shuichi hanya satu cerita. Selain itu ada banyak lagi kejadian-kejadian aneh di luar akal sehat melanda kota itu, yang hampir semuanya berhubungan dengan spiral. Karena seperti yang sudah dikatakan, kota itu dikutuk oleh spiral. 


Selain komik berseri, Om Ito (wow akrab) juga bikin cerita-cerita one shot yang ngga kalah saus tartarnya. Salah satu yang menurutku paling 'ajaib' adalah The Enigma of Amigara Fault.

Cerita bermula dari gempa bumi yang mengakibatkan terbentuknya patahan bukit di gunung Amigara yang membentuk dinding. Pada dinding patahan itu, banyak terbentuk lubang-lubang yang membentuk siluet manusia sempurna. Banyak orang penasaran setelah menonton berita tentang itu di tivi dan datang untuk melihatnya sendiri, termasuk Owaki. Di sana, Owaki bertemu orang-orang yang mengaku melihat lubang yang serupa dengan bentuk tubuh mereka. Dan satu persatu, orang-orang lenyap, masuk ke dalam lubang mereka masing-masing..

Selain dua judul di atas, masih banyak lagi cerita-cerita Om Ito lainnya yang ngga kalah ajaib, macam Tomie, Gyo, Mimi's Ghost Stories, banyak lagi deh. 
Senin, 01 Juni 2015

Hari 1 : Tuhan Maha Humoris

Tuhan Maha Humoris. Dia gemar bergurau, terkadang mengatur semesta sedemikian rupa penuh kelakar untuk menggoda makhluk-Nya, mengajak bercanda. Seperti tadi contohnya. Saya sedang terburu-buru, dan entah kenapa setiap kali sedang terburu-buru justru aktivitas semesta serasa melambat dan penuh hambatan. Termasuk tadi. Kereta datang terlambat. Setibanya di stasiun pemberhentian, hujan turun. Lupa membawa payung, saya pun menerabas hujan. Naik angkot, angkotnya ngga jalan-jalan, abangnya ngetem. Setelah akhirnya jalan, mampir pom bensin untuk isi bensin.

Samar-samar saya dapat mendengar Tuhan terkekeh seraya berkata, "Rasakan! Siapa suruh terlalu bersantai-santai, lelet, dan menggampangkan waktu!"

Ah, Tuhan memang gemar bercanda..

Nb : postingan ini harusnya saya posting kemarin sebagai tulisan pertama dari tantangan menulis random setiap hari. Tapi apa daya, ketika sedang menulis ini saya terjebak hujan dan baterai ponsel saya lemah. Tak hanya baterai ponsel, baterai tubuh saya pun lemah. Maka sesampainya di rumah, jangankan melanjutkan tulisan, ngeronda keliling kampung pun saya ngga sanggup. Capek jenderal! Ah, baru hari pertama sudah gagal! Tapi tetap ingin ikutan. Jadi sebagai kompensasi, hari ini saya akan memposting dua tulisan deh!