Pages

Minggu, 15 Maret 2020

Semoga Seperti yang Biasa

Beberapa hari lalu aku kena batuk pilek. Hal yang dalam kondisi normal buatku wajar, karena memang imunku bisa dibilang lemah. Kena hujan pilek. Kebanyakan makan pilus garuda batuk. Ngga dikabar-kabarin pacar meriang. Mudah sekali jatuh sakitnya. Rasanya intensitas temu antara aku dengan penyakit jauh lebih tinggi dibanding intensitas temu-temu cantik antara aku dan sobat-sobatku. Mungkin karena penyakit ngga pernah bikin wacana ngajak ketemu yang di-"hayuk kapan?"in tapi ngga ada kabar setelahnya. Penyakit cenderung dadakan, ngga janjian, ngga chat dulu di whatsapp, tau-tau dia dateng aja. Ah jadi pengen bikin ig story bareng penyakit pake tulisan "emang yang dadakan selalu jadi". Saking seringnya jumpa penyakit dan terbiasa dengan obat, aku sampai pada level bisa menelan obat tanpa bantuan air. Kayak makan sonice aja. Tinggal leb.

Kena batuk pilek bagiku bukan hal besar. Biasa itu. Makanya kutanggapi dengan biasa saja. Santuy kayak di pantuy. Minum obat, beli you c 1000 di alfa (plus jajanan lain), banyak makan, banyak tidur, 2 atau 3 hari kemudian sudah berangsur sehat. Hari ke-4 tinggal bersihin sisa-sisaannya berupa slime-slime organik dalam hidung atau tenggorokan. Hari ke-5 sudah ngegrabfood es boba lagi. Alurnya kira-kira begitu dalam kondisi biasa yang normal. Hanya saja kondisi kita dan dunia saat ini mulai bergeser dari normal jadi merisaukan. Pandemi corona yang belakangan semakin ramai membuat batuk pilek jadi hal yang membawa kecemasan bagi orang-orang. Termasuk aku.

Beberapa hari lalu ketika hidung mulai mampet, bersin mulai sering, dan rasa gatal terasa di tenggorokan, aku dilanda rasa waswas. Panik.

"Kok di saat-saat begini aku batuk pilek sih?? Batuk pilek biasa bukan ya?? Katanya kan gejala-gejala corona sama batuk pilek biasa mirip-mirip gitu, kayak Choi Siwon sama Boy William!! Eh tapi katanya yang resiko besar terkena corona itu yang ada rekam jejak perjalanan ke luar negeri kok. Aman deh. Eh ngga, ngga, tunggu, KEMAREN KAN AKU KE BEKASI!!!"

Diliputi rasa cemas dan ketakutan, aku pun memutuskan menetap terus dalam rumah, ngga ke mana-mana. Kerja pun ngga. Karena udah resign sebelumnya.

Di rumah aku terus berupaya menyembuhkan diri. Minum obat, konsumsi vitamin, makan yang bergizi selain mecin, tidur cukup, ngurangin es, sering cuci tangan, nurutin apa kata orang tua, dan berdoa sungguh-sungguh semoga cuma batuk pilek biasa, bukan kayak yang aku khawatirkan.

"Jangan sampai, ya Allah. Jangan sampai namaku menambahi jumlah angka dalam daftar positif terjangkit corona. Imun lemah kayak aku kena virus kuat apa jadinya, ya Allah. Lagipula aku ngga suka makanan rumah sakit, hambar kurang mecin."

Berulang terus aku merapal doa sembari terus melakukan yang aku bisa untuk segera mencapai kesembuhan. Ayo badanku, jangan cuman mepet pejantan aja, untuk berjuang sembuh juga jangan kasih kendor!

Sekarang sudah hari ke-4 sejak aku kena batuk pilek. Alhamdulillah, kondisiku sudah jauh lebih baik dan berangsur menuju sehat sepenuhnya. Alhamdulillah, batuk pilek biasa. Demam sudah ngga ada, batuk sudah mereda, mampet sudah ngga kerasa, dan bersin-bersin sudah jadi cerita lama. Tersisa slime organik yang masih bertahap dikeluarkan. Alhamdulillah. Sembuh dari batuk pilek ngga pernah terasa semelegakan ini.

Namun aku tetap terus merapal doa. Doa yang lain.

Semoga segala kecemasan ini lekas sepenuhnya terangkat. Semoga yang teruji positif bisa terus semangat dan segera diberi sehat. Yang tidak terjangkit semoga bisa terus menjaga kesehatan diri agar sistem imun selalu kuat. Dan semoga pihak-pihak yang punya wewenang segera mengambil tindakan yang tepat sebelum keadaan menjadi semakin gawat.