Pages

Selasa, 23 Agustus 2016

Kisah 3 Baris

Kelak, aku ingin kita berdebat
Tentang jawaban yang masing-masing kita yakini paling tepat
Atas tanya dari bocah kecil bermata bulat

"Siapa yang dulu pertama kali menaruh hati, Ayah atau Ibu?"
Kamu mengatakan itu aku
Tapi aku mengatakan itu kamu

Lalu kita saling bersikukuh
Saling menuding dengan gaduh
Dan saling menunjuk dengan ricuh

Namun tak lama perdebatan kita luruh
Bersama derai tawa yang jatuh
Siapa peduli tentang hati siapa yang lebih dulu jatuh?

"Nak, tak ada hati yang jatuh lebih dulu
Karena masing-masing hati mau saling menunggu
Hingga sama-sama yakin untuk menjatuhkan diri tanpa ragu."

Sabtu, 13 Agustus 2016

Chapter 4

Dalam serial animasi Spongebob Squarepants, ada satu episode yang isinya menceritakan tentang Spongebob yang ingin hidup di alam liar jauh dari manusia, eh, ikan dan makhluk laut lain lebih tepatnya. Dia ninggalin semuanya. Rumahnya, pekerjaannya, temennya, keluarganya, bahkan bajunya. Dia hidup di alam liar bersama ubur-ubur. Tidur di pasir, makan rumput, juga berkeliaran tanpa baju. Jauh dari kerumunan masyarakat. Dan sumpah, saat ini, aku pengen banget ngelakuin itu. Bukan, aku bukan pengen bertelanjang ria makan rumput dan tiduran di pasir, yakali, otakku belum segeser itu. Maksudku saat ini aku pengen hidup menjauh dari manusia, mengasingkan diri hidup bareng sapi Wagyu yang kalau kulapar bisa dijadiin steak.

Aku ngga mau hidup bareng Kak Kinan lagi, juga ngga mau ketemu Mas Angga ataupun Mas Rama. Ngga setelah aib memalukan yang sungguh bikin aku pengen menggadaikan mukaku di penggadaian. Sayang mukaku ngga bersertifikat. Kurang berharga pula.

Semua berawal dari siang tadi. Seperti yang sudah direncanakan, aku, Kak Kinan, Rama, dan Mas Angga pergi menonton bioskop. Kami berangkat dari rumah sekitar habis Dzuhur naik mobil kodok klasik Mas Angga. Konon katanya, Mas Angga ini suka barang antik, makanya mobilnya antik. Masuk akal, pantas dia suka Kak Kinan.

Posisi duduk dalam mobil sudah bisa ditebak. Mas Angga menyetir, Kak Kinan di depan, aku dan Mas Rama di belakang. Sepanjang perjalanan, Kak Kinan dan Mas Angga ngga berhenti membuat kampanye terselebung mempromosikan aku pada Mas Rama, dan juga sebaliknya.

"Binar ini suka nulis lho, Ram, dia pengen jadi penulis." Kata Kak Kinan.

"O ya?"

"Iya. Dia suka nulis-nulis cerita terus diposting di Wattpad atau Wordpress dia. Bagus ceritanya, genrenya romance ya Bin? Pembacanya udah lumayan banyak lho."

"Wah, kreatif ya Binar."

"Selain suka nulis, dia juga suka masak Ram, bikin kue terutama. Kamu harus nyobain nastar bikinan dia, sumpah, enak banget!"

Kak Kinan terus menceritakan tentang aku layaknya mbak-mbak di iklan home shopping sedang mempromosikan panci tekanan tinggi keluaran terbaru. Aku cuma diem sambil sesekali menimpali dengan cengiran. Sumpah, canggung banget. Tengsin.

"Eh iya, kita ini mau nonton apa sih Kak?" Tanyaku mencoba mengalihkan isu yang sedang beredar.

"Mm, apa ya, bentar aku liat jadwalnya," Kak Kinan mengeluarkan hapenya, mengecek jam tayang bioskop secara online, "Wah, Conjuring 2 jamnya deket nih. Nonton itu aja yah?"

Mampus.

Bukannya aku penakut, hanya saja sebagai calon penulis, aku punya daya ingat dan imajinasi yang cukup tinggi, makanya sebisa mungkin aku menjauhi hal-hal yang bersifat horor. Dulu, aku pernah nangis di Mall, di toko boneka lebih tepatnya, karena malem sebelumnya aku habis nonton Chucky, si boneka setan saus tartar. Gara-gara dia, aku jadi takut kalau ternyata semua boneka di sana hidup, lalu mengeroyokku rame-rame. Aku juga pernah selama beberapa hari ngga nonton tivi dan nyentuh laptop karena aku takut Sadako keluar dari layar setelah nonton filmnya. Iya, imajinasiku setinggi itu.

"Kalau Now You See Me gimana, Nan?"

Baru aku membuka mulut ingin protes minta film lain aja, Mas Rama buka suara.

"Coba cek yah. Mmm.. Ada nih, jamnya juga deket. Mau nonton itu Ram?"

"Iya, gue penasaran sama itu."

"Oke deh, Now You See Me. Yang lain gimana, setuju?"

"SETUJUUUUUUUU!!!" Aku berseru dengan lantang. Duh, ingin rasanya menganugerahi piagam penghargaan sebagai tanda terima kasih ke Mas Rama. Mas Rama penyelamatku!

Di bioskop, antrean ngga terlalu rame, cenderung agak sepi. Mungkin karena udah masuk minggu-minggu akhir dari awal penayangan dua film happening itu. Kami datang mepet, pas banget sama jam tayangnya. Kak Kinan langsung buru-buru beli tiket plus pop corn, dan ngga lama tiket sudah ada di tangan.

"Kak, aku mau pipis dulu.." Kataku yang tiba-tiba saja kepengen pipis.

"Ya udah, pegang nih tiketnya. Kita masuk duluan yah, udah mulai soalnya. Studionya yang sebelah loket. Kita duduk di C 10 sampai 14, pinggir jalan kok."

"Oke!"

Aku menyambar tiket yang disodorkan Kak Kinan dan segera melesat ke kamar mandi. Setelah tuntas menyelesaikan tugas duniawi, aku bergegas menuju studio yang letaknya di kanan loket. Mbak-mbak yang bertugas di pintu merobek tiketku dan mengantarku masuk. Di dalam sudah gelap dan film sudah mulai. Sambil memicingkan mata mencoba melihat dalam gelap, aku mencari tempat dudukku. Aha, ketemu, ini dia C 10, tepat di pinggir. Aku duduk dan mulai menonton sambil sesekali meraup pop corn di sebelahku. Entah siapa sebelahku, gelap, aku ngga bisa lihat.

Semakin lama kutonton, entah kenapa kayaknya kerasa aneh. Dari trailer yang kulihat perasaan Now You See Me ngga begini ceritanya. Seingatku filmnya tentang sulap-sulapan. Kenapa ini malah tentang anak kerasukan?? Dan... KENAPA LAMA-LAMA SEREM????

"Ini kok aneh sih ceritanya, kenapa serem?" Aku berbisik ke sebelahku.

"Eh? Emang Conjuring serem kan?" Terdengar suara lelaki di sebelahku menjawab.

Conjuring? Sebelahku kenapa suaranya asing ya? Aku mengambil hape, menyalakannya dan mengarahkan cahayanya ke sebelahku. Di sebelahku nampak lelaki yang wajahnya asing bagiku. Aku melongo.

"Eh... Ini... Bukan.. Now You See Me..?"

"Bukan, ini Conjuring Mbak."

Mampus.

Aku menelan dengan berat pop corn yang sedari tadi kukunyah.

Senin, 08 Agustus 2016

Rindu Entah Keberapa

Rindu datang melulu
Dari Senin hingga Minggu
Singgah tak kenal waktu

Rindu berkepala batu
Diminta pergi tidak mau
Dimohon lenyap dia membeku
Perihal letih dia tidak tahu
Yang dia tahu hanya satu
Dia tidak ragu menunggu
Selama itu untuk temu
Selama itu untuk kamu

(Serpong, 13 Agustus 2016)

Jumat, 05 Agustus 2016

Khusus Dewasa

Selain di hadapan rindu, aku juga lemah di hadapan kata gratis, diskon, dan murah. Seperti hari kemarin. Ngga sengaja liat postingan tentang komik second kondisi mulus harga miring barang ready minat ping me. Tiba-tiba aku hilang kesadaran begitu saja, macam korban hipnotis Uya Kuya dikasih liat api. Ketika kesadaranku kembali aku sudah ada di depan atm, tangan satu memegang kertas struk bukti pembayaran, tangan satu mengetik watsap yang bertuliskan "sudah transfer ya sis buat komiknya." Ah, aku lemah.

Selang berapa hari dari itu, paket komikku pun tiba di kantor. Dua bungkus paket yang dikemas dengan pembungkus masing-masing berwarna pink dan biru. Sengaja memang kubeli banyak, mumpung murah. Dengan tak sabar, proses unboxing pun segera kulakukan. Kuambil salah satu paket, robek kertas pembungkus, gunting lakban yang menempel, lalu mengeluarkan isinya. Melihat komik-komik bertebaran, sebut saja Cebong, teman seruanganku, mengambil satu komik dan membacanya, sementara aku masih sibuk membuka bungkusan paket satu lagi.

"Kak Sita, Kak Sita liat deh!!" tiba-tiba Cebong dengan histeris memperlihatkan komik yang terbuka padaku, "Masa baru aku buka isinya udah tweweew!!"

"ASERIUS???"

Aku melihat komik yang disorongkan Cebong ke arahku. Di panelnya nampak gambar adegan yang sering kulihat dalam brosur posyandu milik Mamaku yang bertemakan asi eksklusif. Bedanya, tidak ada bayi di komik ini. Orang dewasa semua.

"WAIYAAAKK!! ISINYA TWEWEEW!!" Ujarku ikut histeris.

Kami pun membuka-buka komik lain. Hasilnya, hampir sebagian besar komik mengandung muatan dewasa. Yakinlah, kalau dibaca bocah di bawah umur dan ketauan Emaknya, pasti langsung disunat di tempat. Sumpah, aku ngga sadar kalau yang aku beli adalah komik dengan rating 17+, aku kira cuma serial cantik biasa. Coba kalau aku tau, aku ngga akan beli..

..dikit, yang banyak sekalian. Eh..

Aku memilah-milah komik, menyeleksi dan membaginya menjadi dua tumpukan. Satu tumpukan untuk yang aman dikonsumsi siapa saja, satu tumpukan lagi khusus untuk mereka yang butuh edukasi pra menikah.

"Aku ambil yang ini," aku menunjuk tumpukan sebelah kiri yang aman dikonsumsi, "yang ini diapain ya?"

Aku dilema. Dibuang sayang, penasaran. Disimpen di rumah, aku masih mau dianggap anak sama Mamah. Disimpen di kantor, aku ngga mau dipecat secara ngga baik.

"Aku buang aja apa ya?"

"JANGAN KAK SITA, AKU MAU BACAAAAA!!!" Cebong memekik, lalu mengambil satu komik dari tumpukan sebelah kanan, "Jangan ganggu aku ya, aku mau baca dulu, hiburan, biar ngga kayak orang kurang piknik."

Dia pun anteng di mejanya, membaca komik. Atau lebih tepatnya melihat-lihat gambar, karena yang dia lakukan hanya membuka-buka halaman dengan cepat sambil bergumam pelan, "mana lagi sih twewewnya.."

Yassalam si Cebong..

Sementara Cebong khusyuk "membaca", aku menelepon Incess, temanku di lantai 4, menceritakan perihal kedatangan komikku.

"Ncess, tau ngga, masa kan aku beli komik, eh aku ngga tau, ternyata isinya ada twewewnya."

"IYAKAH? MAU BACAAAA!!!"

Gubrak

"PINJEEEEEEMM!!!"

Suara Incess dari balik telepon terdengar penuh semangat, percis suara para wota neriakin nama oshinya pas lagi manggung dengan rok pendek berkibar-kibar.

"Pinjem pokoknya! Nanti aku turun yah."

Suara Incess hilang, digantikan suara tut tut dari telepon. Dan bener aja. Menjelang jam pulang, Incess turun, masuk ke ruanganku dengan menggebu-gebu, nodong minta komik, duduk di pojokan, dan anteng baca komik sampai pulang kerja. Tipe wanita idaman banget nih, sama komik aja serius, apalagi sama komikmen yang udah dibikin berdua kan.. #promointemen

Selain Incess, banyak lagi orang-orang yang datang ke ruanganku dengan modus pengen minjem komik. Di antaranya sebut saja Emak dan Bundo. Sekilas info, isi kolom status di KTP mereka beda dengan punyaku. KTP mereka bagian status terisi "kawin", punyaku  isinya masih "coming soon".

Mereka berdua ini paling rusuh, karena yang mereka lakukan bukan duduk manis membaca dengan tenang seperti Cebong atau Incess. Bukan, sodara-sodara, bukan. Yang mereka lakukan adalah membaca dialog adegan twewew dalam komik dengan penuh penghayatan. Lengkap dengan desahannya. Berasa video kenangan Ariel - Luna Maya dijadikan sandiwara radio dengan mereka berdua sebagai pengisi suara.

"Ah, Takeru, aaahh.." Emak membaca dengan nada suara mendesah-desah kayak habis makan maicih level 10.

"Aku mencintaimu, aaahh.." Bundo ikut membaca, membalas dialog Emak dengan desahan serupa.

"Apaan, pas ngelakuin aja tu bilang aku cinta kamu, aku cinta kamu!"

"Tau, kalau udah dapet maunya mah udah tuh, kita dicuekin!"

"Iya, laki gue tuh gitu!"

"Sama, laki gue juga!"

Ya Tuhanku, mereka malah berlanjut curhat masalah intern rumah tangga. Dasar wanita-wanita di kantorku karbet semua..