Pages

Senin, 20 Mei 2013

[BeraniCerita #12] Sepatu Soni



"Sepatu gue hilang!!!! T**!!!"

Suara Soni menggelegar, mengagetkan jemaah Salat Jumat yang masih tersisa di Masjid. Sontak aku melotot, lalu menyodok rusuknya keras.

"Hush! Ini masih di Masjid, jangan ngomong kasar gitu dong!"

"Oh iya, Astagfirullah.. Oke, yang lebih sopan deh. FESES!!"

"Sama aja, bego!" 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Soni melangkah pulang dengan gontai. Wajahnya dikerut, bibirnya cemberut, mood-nya carut marut, kakinya bau kecut. Yah, Soni pulang tanpa alas kaki, dan tadi secara tak sengaja ia menginjak 'ranjau' kucing di jalan. Hihi, mungkin itu tulah karena tadi sudah ngomel-ngomel menyebut isi jamban di Masjid.

"Huh awas aja kalau gue tahu siapa yang ngambil sepatu gue, gue jejelin nih kaki gue ke mukanya!" Soni misuh-misuh sepanjang jalan, membuat aku merasa sedang berjalan bersama dengan perempuan PMS berjakun.

"Udahlah Son, ikhlasin, sepatu lu juga kan udah butut, nanti lu bisa beli lagi." 

Soni menoleh ke arahku, menatapku tajam, persis seperti tatapan pacarku waktu aku berkata ia tampak lebih gemuk. Ngeri. "Jangan dilihat dari bututnya! Butut-butut gitu nilai sejarahnya tinggi tahu, sepatu itu sepatu yang gue beli sendiri pake gaji pertama gue, dan udah nemenin gue kemana-mana! Lagipula,"-Soni mengangkat kaki korban 'ranjau'nya dan menyorongkannya ke arahku-"kalau sepatu gue ngga hilang, kaki gue ngga bakal kena ginian!"

"Iya deh, maafin kata-kata gue ya," kataku buru-buru meminta maaf, takut dipeperin kakinya.

"Huh, pokoknya kalau malingnya ketemu, gue iket dia, terus gue lempar ke taman lawang biar dikeroyok disana. Atau gue siram saus tomat, terus gue lempar ke kandang singa! Muhahahahaa!" Soni tertawa bengis dengan ekspresi sadis, persis seperti peran antagonis di sinetron. Ngeri. Tiba-tiba aku merasa kasihan dengan siapapun yang mengambil sepatu Soni.

"Mas Soni! Mas Aris!"

Terdengar sebuah suara memanggil kami dari belakang. Kami menoleh, dan tampak sosok merbot Masjid, Bang Karmin, berlari ke arah kami sambil menenteng sebuah plastik besar.

"Aduh, untung masih belum jauh dari masjid. Ini lho, saya mau bawain ini, tadi ketinggalan." Bang Karmin menyerahkan plastik yang dibawanya pada Soni. Soni meraihnya lalu melihat isinya. Sepasang sepatu yang tampak butut.

"Sepatu gue!" pekiknya senang. 

"Mas Soni lupa ya? Kan tadi waktu berangkat ke Masjid Mas Soni ngga sengaja nginjek kotoran kucing, terus Mas Soni numpang bersihin sepatunya di kamar mandi," terang Bang Karmin.

"Oh iya, ya ampun, gue lupa!" seru Soni menepuk jidatnya, "tadi kan gue jemur dulu di deket kamar mandi. Ya ampun, terima kasih ya Bang Karmin, hehe.."

Soni mesam-mesem cengengesan. Aku menggeplak kepalanya dengan gemas. Dasar pelupa!




397 kata

Senin, 06 Mei 2013

Prompt #12: Konde


Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul. 
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini? 
Mungkin milik salah satu dari dua saudariku, pikirku. Maka aku menghampiri mereka dan menanyakan perihal konde ini. Namun setelah kutanyakan, ternyata mereka berdua tidak tahu menahu sama sekali. Aneh, lalu konde ini milik siapa? Masa milik Profesor?
"Aaah, ini dia, kucari-cari dari tadi!" pekik Profesor senang melihat konde yang kupegang.
"Ini punyamu, Profesor? Untuk apa kau menyimpan konde?" tanyaku penasaran.
"Emm, ini, anu, err.. Konde ini milik temanku, tadi dia mampir dan kondenya ketinggalan.."
Aku menatapnya lewat kedua mata biruku dengan curiga. "Profesooor? Kau bohong ya? Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Profesor terkekeh pelan, lalu menyambar konde di tanganku.
"Sudahlah, masalah konde ini tak usah kau pikirkan, kau main saja sana dengan saudarimu, atau dengan bonekamu Octi, aku masih ada percobaan yang harus dilakukan di laboratorium."
Profesor pun pergi sambil bersiul-siul riang menuju laboratoriumnya. Aneh, aku penasaran, untuk apa ya konde itu?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di laboratorium.
Profesor menyiapkan sebuah kuali yang berukuran agak besar lalu memasukan bermacam-macam barang ke dalamnya. Ada lipstick, sisir, bedak, tas tangan, spatula, dan juga konde. Profesor tersenyum kecil, lalu memasukan bahan paling utama ke dalam kuali. Unsur kimia X.
"Nah, tunggulah Blossom, Bubbles, dan Buttercup, sebentar lagi akan kuciptakan ibu untuk kalian bertiga.."
gumam Profesor Utonium.




Sabtu, 04 Mei 2013

[BeraniCerita #10]Surat Sial

Ayah Liza keluar dari ruang kerjanya sambil mengacungkan sepucuk surat.
"Liza," katanya, "aku sedang mencarimu; masuklah ke ruang kerjaku."
Liza mengikuti ayahnya memasuki ruang kerja, dan ia menduga bahwa apa yang akan disampaikan oleh ayahnya tentu berhubungan dengan surat yang dipegangnya.
Mereka duduk berdua saling berhadapan. Liza menyusun kata-kata dalam kepalanya untuk memberikan penjelasan yang tepat

"Apa ini Liza, apa ini??" Ayah Liza membaca dengan keras surat yang sedari tadi digenggamnya. 
"'Ini adalah surat sial. Kirim kembali surat ini ke lima orang lainnya atau anda terkena sial seumur hidup anda.'"
Ayah Liza menghela nafas dalam lalu menatap Liza tajam.
"Kamu tega mengirim surat sial ke ayahmu sendiri?"
"Tapi Ayah.." suara Liza terdengar lirih dan lemah. "Liza takut Yah, Liza bingung harus mengirim surat itu ke siapa.."
"Tapi Liza.. haruskah lima lembarnya kau kirim semua padaku?"
"Maaf Yah, Liza takut.." Isak tangisnya pecah. 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kriiiiiiiing!"
Alarm berbunyi nyaring, memaksa Liza segera terbangun dari tidurnya. Ia membuka mata, lalu segera bangun seraya meregangkan tubuhnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada tumpukan surat di atas meja belajarnya. Diambilnya selembar, kemudian dibacanya, "'Ini adalah surat sial. Kirim kembali surat ini ke lima orang lainnya atau anda terkena sial seumur hidup anda.'"

25 lembar.




198 kata

Cooking, cooking

Sebelumnya aku mau ngucapin selamat merayakan malam minggu dulu bagi yang merayakan. Jujur aku sendiri bukan termasuk orang yang ngerayain sih, karena buatku ngga masalah kalau ngga malam mingguan, toh nanti aku bisa ngerayain dari malam senin ke malam minggu sama kamu sampai maut memisahkan #eaaeaaaa.

Tapi terlepas dari masalah malam mingguan atau ngga, seharusnya semua orang seneng kalau udah sabtu malam, karena besok minggu! Weekend! Horay! Weekend itu anugerah, semacam hadiah setelah bekerja berlelah-lelah. Weekend itu waktu untuk refreshing, waktu untuk ngeriung bareng keluarga, kumpul temu kangen sama teman-teman, jalan-jalan, atau sekedar tiduran di kamar sambil baca buku. Oh, I really love weekend. Weekend itu menyenangkan. Begitu juga weekend-ku minggu lalu.

Weekend minggu lalu, aku dan sobat-sobatku -si jerapah dan kutilang- masak-masak di rumah kutilang. Kenapa kita pilih masak? Karena tanggal tua. Mau jalan-jalan keuangan sekarat. Padahal Tony Stark udah manggil-manggil sambil ngedipin mata dari bioskop. Hiks. Apa mau dikata, dompetnya kerempeng, cocok jadi model iklan Appeton versi before-nya. Maka dari itu kita putusin untuk masak. Ngga terlalu keluar duit banyak, sekalian belajar juga.

Setelah fix mau masak, kita mulai mikir, mau masak apa ya? Masak rendang ribet. Masak ketupat belum lebaran. Masak telor ceplok kegampangan. Bingung. Akhirnya setelah bertapa selama 5 menit di WC, datanglah wangsit untuk membuat pancake, karena setelah liat resepnya dari google, bahannya gampang didapet dan cara bikinnya juga ngga ribet. Buat yang mau bikin juga, ini dia nih bahan-bahannya:

Terigu 200 gram
Gula 60 gram
Susu bubuk 60 gram
Susu cair 400 mL
Telur 2 butir
Mentega 60 gram, dicairkan
Baking powder 2 sendok

Nah, cara buatnya:
-          Kocok telur di wadah kecil. Kalau udah kecampur dan agak ngembang, kepinggirin dulu.
-          Tuang terigu, susu bubuk, gula, baking powder ke wadah, aduk sampai kecampur semua
-          Kalau udah kecampur rata, tuang susu cair, mentega cair, dan kocokan telur tadi. Aduk lagi.
-          Udah deh, tinggal dimasak diatas Teflon. Gampang kan?

Untuk urusan masaknya, selanjutnya kita serahin ke jerapah. Kutilang dan aku mah, jangan diharap. Kutilang kurang ahli untuk urusan masak-memasak. Dia pernah nangis gara-gara masak kangkung ngga bisa. Kalau aku mah masih mending, ngga sampe nangis, udah keburu pingsan kejang-kejang duluan soalnya. Yah, aku masih belum mahir masak. hiks.  Entah kenapa aku lebih jago main sulap di dapur daripada masak. Pasti pernah liat kan pesulap di tivi ngubah sapu tangan jadi merpati atau ngubah tongkat jadi bunga? Nah, aku juga bisa tuh. Lagi bikin ayam goreng, simsalabim, tiba-tiba ayamnya berubah jadi arang. Masak nasi goreng, abrakadabra, tiba-tiba berubah jadi adonan semen. Luar biasa kan? Luar biasa mengenaskan. Tapi tenang aja calon jodohku, aku terus belajar kok supaya pinter masak, cepet-cepet datengin aku makanya ya.. #ciegitu

Lanjut ke masak-memasak. Adonan dituang ke atas Teflon. Setelah itu tunggu sampai permukaannya bergelembung, kemudian dibalik. Untuk membalik pancake, jerapah melempar adonannya ke atas, kemudian.. hap! Ditangkap lagi pas ke Teflon. Kereeeeen!

‘Aaaa, mau nyoba, mau nyobaaa!!!’ aku coba ngambil Teflon dari tangan jerapah, tapi dihalau sama dia.

‘Jangan ah, ntar jatoh sama lu mah,’

‘Nggaaa, aku bisa kok, di rumah sering nyoba.’

Jerapah mengangkat alisnya, ngga yakin.

‘Serius?’

‘Iya, di game Cooking Academy sih bisa.’

‘NGGA BOLEEEHH!! Sono jauh-jauh!’

Cih. Sebel. Penasaran pengen nyoba. Sempat tercetus ide untuk ngalihin perhatian jerapah, timpuk pake panci besar atau siram air panas. Pas dia menggelepar, kesempatan tuh buat nyoba. Tapi untunglah sebelum rencana itu terlaksana, pertolongan Tuhan datang. Kutilang manggil dari ruang depan nawarin rujak bebek (baca ‘bebek’-nya dengan e yang sama dengan kata ‘empat’, bukan e yang kayak kata ‘kere’). Jerapah yang merupakan fans rujak garis keras buru-buru nyamperin kutilang.

Aha. Kesempatan. Aku deketin kompor, lalu pegang gagang Teflon. Tarik nafas. Teflon aku angkat, lalu dengan satu gerakan cepat, pancake aku lempar ke atas, kemudian…..HAP!

SUKSES!!

Sukses jatoh ke belakang kompor.

Sukses pancakenya kotor.

Matilah.

Sukses juga diomelin jerapah.

‘Tuh kan, gua bilang juga apa, jangan! Sekarang kan jadinya kotor nih, sayang tau!’

‘Ya udah, kita bersihin aja, terus kita kasih kutilang, kan dia ngga tau ini.’

‘PE A!!’

Dan pancake yang jatuh itu pun akhirnya kita kasih kucingnya kutilang.

Acara memasak pancake pun dimulai lagi. Alhamdulillah setelah tragedi pancake jatuh tadi ngga ada lagi insiden besar yang terjadi. Hanya ada insiden kecil tentang beberapa buah pancake yang secara misterius hilang dari piring (dan pindah ke mulut kutilang dan aku). Pancake yang sudah matang kita susun satu-satu sampai tinggi membentuk pancake tower. Setelah semua adonan habis dan pancake terakhir matang, sepiring pancake pun kita sajikan di meja makan.

Rasaya? Delicisio aldente mamamia lezatos jose armando altamirano. Enak lho! Pancake kita santap dengan aneka topping. Pakai susu cokelat kental manis, gula bubuk, selai blueberry, bahkan jerapah nyocol pancake pake rujak bebek dan ngga diduga rasanya enak.

Bon appetite.