Pages

Rabu, 16 September 2020

Memory

Ngga banyak yang bisa kuingat dari Aki, kakekku. Hanya selintas ingatan-ingatan kabur yang detailnya samar. Mencoba mengingatnya rasanya seperti memperbesar foto ukuran kecil ber-resolusi rendah, semakin coba diperjelas malah semakin pecah. Namun ada satu hal tentangnya yang lekat membekas sampai sekarang. Yaitu permen fox's bening.

Aki dulu selalu menyimpan sekaleng permen fox's bening di lemari buffet paling bawah, sangat terjangkau untuk ukuran anak-anak yang tinggi badannya ngga berselisih banyak dengan panjang guling. Mamaku bilang rasanya terlalu pedas untuk anak-anak, tapi aku suka. Pedasnya bukan pedas cabai yang bikin seuhah berkepanjangan. Pedasnya sejuk dalam mulut. Apalagi kalau setelahnya minum air putih. Serasa minum air dingin. Maka selain buka tutup kulkas, hal yang sering kulakukan di rumah Aki adalah buka tutup lemari buffet mengambil permen. Hal yang sejak pertengahan SD ngga bisa lagi kulakukan karena ngga ada lagi yang menyimpan permen di sana. Tuhan berkata cukup pada hidupnya.

Belasan tahun lewat. Permen fox's masih ada tapi varian beningnya sudah jarang terlihat, digantikan varian warna-warni dengan tambahan perasa buah. Memakannya pun aku sudah ngga sesering dulu, beralih condong pada fresh milk boba. Namun yang ngga akan berubah, permen itu selalu terasosiasikan pada sosok yang sama. Permen itu bagiku bukan lagi sekadar gula-gula biasa, tapi tempat kenangan tersimpan. Sepanjang dia ada, kenangannya aman terjaga. Permen itu selamanya akan jadi pengingat kalau kakekku pernah ada, menyediakan kumpulan rasa senang yang terbungkus dalam kaleng.

-16 September 2020-

0 komentar:

Posting Komentar