Ngga banyak yang bisa kuingat dari Aki, kakekku. Hanya selintas ingatan kabur yang detailnya samar. Mencoba mengingatnya rasanya seperti memperbesar foto ukuran kecil yang resolusinya rendah. Semakin coba diperjelas malah semakin pecah. Namun ada satu hal tentangnya yang lekat membekas sampai sekarang, yaitu permen fox's bening.
Sejauh yang kuingat, Aki selalu menyimpan sekaleng permen fox's bening. Letaknya ngga pernah berubah, di lemari buffet paling bawah. Sangat terjangkau untuk ukuranku dulu yang tingginya ngga beda jauh dengan panjang guling. Mamaku bilang itu permen orang dewasa. Rasanya terlalu pedas untuk anak-anak, katanya. Tapi aku suka.
Pedasnya bukan pedas cabai yang bikin seuhah berkepanjangan. Pedasnya sejuk dalam mulut. Apalagi kalau setelahnya minum air, wiih, serasa minum air dingin. Segera saja menjadi salah satu hal yang aku sukai di rumah Aki.
Namun cuma sampai pertengahan SD. Aku kelas 4 waktu itu. Sebagaimana semua hal sudah tertulis dalam catatan-Nya, Tuhan sudah tetapkan garis hidup Aki cukup sampai disitu. Rumah itu mulai terasa berbeda. Ngga ada lagi yang mengisi kaleng permen. Di lemari buffet paling bawah hanya tersisa ruang kosong.
Tahun-tahun terlewat, aku tumbuh dan berubah. Bukan lagi anak kecil berponi yang senang mengemut permen. Permen fox's pun berubah. Varian beningnya sekarang sudah jarang lagi kulihat, digantikan varian warna-warni dengan tambahan perasa buah. Sekali waktu saat timbul rasa ingin mengenang, aku membelinya. Tapi rasanya beda, bukan seperti yang dulu kuingat.
Waktu berjalan. Hidup bergerak. Banyak hal berubah. Namun yang selalu tetap sama, baik dulu maupun sekarang, permen fox's bagiku bukan hanya sekadar gula-gula segar menyenangkan. Permen itu sudah terasosiasikan sebagai kenangan yang menyimpan satu nama. Permen itu menjadi pengingat kalau kakekku pernah ada, menyediakan kumpulan rasa senang yang terbungkus dalam kaleng.
-16 September 2020-
0 komentar:
Posting Komentar