Pages

Minggu, 20 September 2020

Favorite Movie

Aku ngga suka film City of Angel. Rasa kesal yang muncul setelah menontonnya tertinggal cukup lama. Bikin sebel. Dalam hatiku ngga bisa berhenti misuh-misuh. Apa-apaan ending macam itu. Penulis skenarionya ini apa nilai ulangan PPKn-nya di bawah standar ya, kok bisa bikin cerita yang melenceng dari nilai tenggang rasa. Jahat dan ngeselin sekali ceritanya. 

Film ini menceritakan tentang malaikat (diperankan Nicolas Cage) yang jatuh cinta sama manusia (si Meg Ryan). Detailnya aku ngga terlalu ingat karena ngga sudi nonton lagi. Pokoknya setelah melalui pergolakan dan pertentangan, si malaikat pun memutuskan untuk jadi manusia demi pujaan hatinya. Bhay kehidupan syurgawi dan hidup abadi. Tapi baru juga sehari, baru aja sebentar mereka bisa sama-sama, Meg Ryan, pujaan hatinya meninggal. Meninggalnya pun menurutku konyol sekali. Meg Ryan yang bersepeda tanpa helm dan tanpa pengaman apa-apa, berkendara secara ngga fokus karena bahagia terlena bunga-bunga asmara, banyak gaya di sepeda, meleng ngga lihat jalan, kemudian meninggal karena ketabrak entah apa aku lupa, truk atau mobil.

Ingin menghujat.

KESEL NGGA SIH??? 

Cinta bikin buta aku udah tau. Tapi bikin sembrono sampai melalaikan keselamatan berkendara itu hal baru buatku. Teledor sampai celaka gitu lho, ya Allah, ngingetnya lagi sekarang pun aku masih kesal. Pengen noyor. MAKANYA JALAN YANG BENER, LIHAT DEPAN, JANGAN MELENG. HIH 

Dari City of Angels aku sadar kalau ternyata aku ngga suka dan ngga bisa nonton film-film sedih. Emosinya kebawa lama ke perasaan. Bikin moodku jadi ngga enak. Maka aku lebih condong pada film yang bergenre aksi, komedi, fantasi, dan terutama animasi. Salah satu film kesayangan yang membuat perasaanku dipenuhi rasa senang dan dengan suka hati kutonton lebih dari sekali adalah Klaus. 

Bercerita tentang Jesper, anak petinggi kantor pos yang akhlaknya kurang terpuji. Mentang-mentang ayahnya punya jabatan, dia jadi jumawa dan malas. Ayahnya murka dan mengirim Jesper ke suatu daerah terpencil untuk jadi petugas pos di sana. Jesper diberi target untuk mengirim 6000 pucuk surat dalam setahun. Kalau target gagal terpenuhi, ia terancam dicoret dari KK oleh ayahnya dan harus mengucapkan dadah pada kekayaan juga harta warisan. 

Smeerensburg, daerah tempat Jesper dikirim bukanlah daerah pemukiman normal pada umumnya dimana setiap warga akur bertetangga kumpul pengajian tiap minggu. Di sana terdapat pertikaian dua keluarga besar yang sudah berlangsung panjang, yang mengakibatkan suasana kampung jadi sangat ngga kondusif. Dua kubu selalu panas. Ribut mulu kerjaannya, kalau sehari ngga berantem kena panas dalem kayaknya. Ngga ada tukang pos yang bertahan lama di sana, semuanya balik kanan bubar jalan. Target 6000 surat per tahun sungguhlah berat sekali bagi Jesper. Namun dari situlah cerita berjalan.

Dah lah film ini terlalu bagus untuk hanya diceritakan. Nontonlah. Rasakan senyum sukacita yang tersungging tiba-tiba dan rasa hangat yang perlahan menyeruak di dada. Jangan lupa tetap ingat aturan berkendara. 

-20 September 2020-



0 komentar:

Posting Komentar