Klining-klining. Lonceng yang terpasang di
pintu kafe itu berbunyi saat seorang gadis membukanya. Gadis itu ber- rambut
ikal terurai, dress sewarna lavender, dan lipstik pink menyala. Cantik sekali. Gadis itu berjalan ke arahku lalu duduk di hadapanku
'Hai, Shan.'
Aku menyapanya. Ya, gadis cantik ini
bernama Shania. Gadis yang sudah lama mendominasi hatiku dan menguasai
pikiranku. Sosok yang kuimpikan setiap malam, dan yang pertama terbayang setiap
terbangun pagi hari. Yah, singkat kata aku jatuh cinta padanya. Dan hari ini,
kucoba beranikan diri untuk menyatakan perasaanku.
Aku membuka obrolan ringan sebelum mengungkapkan
isi hatiku, mencoba sedikit menenangkan jantungku yang berdetak tak karuan. Dan seperti biasa, Shania yang cerewet akan segera mendominasi
dengan segala ceritanya. Tentang keluarganya, tentang kuliahnya, tentang
teman-temannya, semua bisa ia ceritakan. Dan aku seperti biasa, diam menyimak, memandangi
dan menikmati ia berbicara.
‘Silakan kopinya.’
Pelayan datang mengantar pesanan kopi
kami, memutus ceritanya tentang kucingnya yang sudah beranak. Shania menyesap
pelan kopinya yang masih berasap. Bekas bibir berwarna pink tertinggal di
pinggir cangkir.
‘Eh iya Shan, eeemm, sebenernya gua mau
ngomong sesuatu sama lo..’
‘O ya? Sama dong, gua juga mau ngomong
sesuatu sama lo. Sebenernya dari tadi pengen gua omongin, tapi gua malu..’
Wajahnya sedikit merona kemerahan. Manis
sekali. Ah, betapa aku mencintai gadis di depanku ini.
‘Haha, elo dulu deh Shan..’
Aku penasaran, apa yang akan dikatakan
Shania? Apa dia juga mencintaiku dan ingin menyatakannya? Apa tak sebaiknya aku
yang bicara lebih dulu? Tapi sudah terlanjur kupersilahkan dia berbicara duluan.
Ah, tak apalah.
‘Emm, gue mau ngasih tau lo kalau..
kalau.. gue udah jadian Nin! Tadi malem Putra nembak gue! Dan nanti, gue
diajakin Putra makan malem, dia bilang mau jemput kesini! Aaaaa, gue seneng
banget!’
Jantungku kini berhenti berdebar-debar. Dan
rasanya juga berhenti berdetak karena tertusuk pedang tak kasatmata. Shania
terus bercerita tentang Putra, namun tak sedikitpun tersimak. Telingaku tak mau
mendengarnya. Otakku tak mau merekamnya. Dan hatiku tak mau mengetahuinya.
Klining klining. Lonceng yang terpasang di
pintu berbunyi lagi. Seorang lelaki masuk menghampiri kami, dan mengecup pipi
Shania. Oh, itu Putra. Rasanya ingin kusiram seember kopi panas.
‘Nindi, gue sama Putra jalan dulu ya. O iya,
tadi juga lu mau ngomong kan? Mau ngomong apa?’
‘Ohh, itu, emm..’ otakku berputar mencari
alasan ‘itu.. gue mau minjem rok buat ospek kampus nanti, boleh ngga? Yang cewe
harus pake rok, lu tau rok gue cuman rok sekolah doang.’
Shania tertawa, ‘Beres lah itu, besok lu ke rumah gue aja. Gue jalan ya..’
Shania berlalu seraya menggandeng mesra
tangan Putra. Begitu sudah tak terlihat mata, kuraih cangkir kopi Shania. Kusentuhkan
cangkir dimana tepiannya masih berbekas lipstick tepat ke bibirku.
patah hati ceritanya ya...
BalasHapusBiasanya men to men, sekarang cinta sejenis tipe women to women :D
BalasHapusowowowww
BalasHapusaaaa, terima kasih ya yang sudah mampir danberkomentar.. :)
BalasHapusgeli geli geli, hii...
BalasHapuswowowowowooo *komenkebalikandarimbakhana :D
BalasHapuswah ternyata, jeruk makan jeruk ... :D
BalasHapusiya, apel makan apel, haha..
BalasHapusPepaya makan pepaya, dong! Hehehe... Overalliskeren! ;-)
BalasHapusini ceritanya temennya shania lesbi ya mbak?
BalasHapusdagdigdug kaget pas baca paragraf terakhir. keren :3
salam kenal :)
iya, uhu uhu, gara-gara ngeliat the virgin di tivi jadi kepikiran bikin begini deh.. :p
BalasHapusUgh...Nindi ternyata ya
BalasHapusappppaaaahhhhh????? lesbong dong bookk... >.<
BalasHapus