Pages

Kamis, 18 April 2013

[BeraniCerita #08] Sisa Cinta di Sisi Cangkir





Klining-klining. Lonceng yang terpasang di pintu kafe itu berbunyi saat seorang gadis membukanya. Gadis itu ber- rambut ikal terurai, dress sewarna lavender, dan lipstik pink menyala. Cantik sekali. Gadis itu berjalan ke arahku lalu duduk di hadapanku

'Hai, Shan.' 

Aku menyapanya. Ya, gadis cantik ini bernama Shania. Gadis yang sudah lama mendominasi hatiku dan menguasai pikiranku. Sosok yang kuimpikan setiap malam, dan yang pertama terbayang setiap terbangun pagi hari. Yah, singkat kata aku jatuh cinta padanya. Dan hari ini, kucoba beranikan diri untuk menyatakan perasaanku.

Aku membuka obrolan ringan sebelum mengungkapkan isi hatiku, mencoba sedikit menenangkan jantungku yang berdetak tak karuan. Dan seperti biasa, Shania yang cerewet akan segera mendominasi dengan segala ceritanya. Tentang keluarganya, tentang kuliahnya, tentang teman-temannya, semua bisa ia ceritakan. Dan aku seperti biasa, diam menyimak, memandangi dan menikmati ia berbicara.

‘Silakan kopinya.’

Pelayan datang mengantar pesanan kopi kami, memutus ceritanya tentang kucingnya yang sudah beranak. Shania menyesap pelan kopinya yang masih berasap. Bekas bibir berwarna pink tertinggal di pinggir cangkir.

‘Eh iya Shan, eeemm, sebenernya gua mau ngomong sesuatu sama lo..’

‘O ya? Sama dong, gua juga mau ngomong sesuatu sama lo. Sebenernya dari tadi pengen gua omongin, tapi gua malu..’

Wajahnya sedikit merona kemerahan. Manis sekali. Ah, betapa aku mencintai gadis di depanku ini.

‘Haha, elo dulu deh Shan..’

Aku penasaran, apa yang akan dikatakan Shania? Apa dia juga mencintaiku dan ingin menyatakannya? Apa tak sebaiknya aku yang bicara lebih dulu? Tapi sudah terlanjur kupersilahkan dia berbicara duluan. Ah, tak apalah.

‘Emm, gue mau ngasih tau lo kalau.. kalau.. gue udah jadian Nin! Tadi malem Putra nembak gue! Dan nanti, gue diajakin Putra makan malem, dia bilang mau jemput kesini! Aaaaa, gue seneng banget!’

Jantungku kini berhenti berdebar-debar. Dan rasanya juga berhenti berdetak karena tertusuk pedang tak kasatmata. Shania terus bercerita tentang Putra, namun tak sedikitpun tersimak. Telingaku tak mau mendengarnya. Otakku tak mau merekamnya. Dan hatiku tak mau mengetahuinya.

Klining klining. Lonceng yang terpasang di pintu berbunyi lagi. Seorang lelaki masuk menghampiri kami, dan mengecup pipi Shania. Oh, itu Putra. Rasanya ingin kusiram seember kopi panas.

‘Nindi, gue sama Putra jalan dulu ya. O iya, tadi juga lu mau ngomong kan? Mau ngomong apa?’

‘Ohh, itu, emm..’ otakku berputar mencari alasan ‘itu.. gue mau minjem rok buat ospek kampus nanti, boleh ngga? Yang cewe harus pake rok, lu tau rok gue cuman rok sekolah doang.’

Shania tertawa, ‘Beres lah itu, besok lu ke rumah gue aja. Gue jalan ya..’

Shania berlalu seraya menggandeng mesra tangan Putra. Begitu sudah tak terlihat mata, kuraih cangkir kopi Shania. Kusentuhkan cangkir dimana tepiannya masih berbekas lipstick tepat ke bibirku. 




words : 437

13 komentar:

  1. Biasanya men to men, sekarang cinta sejenis tipe women to women :D

    BalasHapus
  2. aaaa, terima kasih ya yang sudah mampir danberkomentar.. :)

    BalasHapus
  3. wowowowowooo *komenkebalikandarimbakhana :D

    BalasHapus
  4. wah ternyata, jeruk makan jeruk ... :D

    BalasHapus
  5. Pepaya makan pepaya, dong! Hehehe... Overalliskeren! ;-)

    BalasHapus
  6. ini ceritanya temennya shania lesbi ya mbak?
    dagdigdug kaget pas baca paragraf terakhir. keren :3
    salam kenal :)

    BalasHapus
  7. iya, uhu uhu, gara-gara ngeliat the virgin di tivi jadi kepikiran bikin begini deh.. :p

    BalasHapus
  8. Ugh...Nindi ternyata ya

    BalasHapus
  9. appppaaaahhhhh????? lesbong dong bookk... >.<

    BalasHapus