Pages

Rabu, 06 Mei 2020

Cinta yang Dewasa

Kelak aku akan jadi membosankan. Kelak perbincangan denganku tak lebih menarik dari acara talkshow yang lebih banyak bercandanya dibanding sesi bincang-bincangnya. Kelak aku sekadar dianggap ada sebagai bagian dari rutinitas harian. Kelak pesan dariku tak lagi dirasa penting untuk dibalas dengan segera. Kelak cerita tentang bagaimana hariku berjalan akan terkalahkan oleh berita pemenang liga spanyol sebagai hal utama yang ingin didengar.

Lumrah. Bukan karena ada pihak yang salah atau ada hal yang bermasalah. Memang terjadi secara alamiah. Waktu dan keterbiasaan memudarkan debar dan getar tanpa tersadar. Percikan tak memercik selamanya. Terang kembang api hanya sejelalat, nyala api unggun hanya sesaat, pijar puntung rokok hanya sekilat. Segala yang membara akan menemui padam. Semua gelora akan mereda jadi temaram. Segenap yang berharga akan terdepresiasi, seperti nilai aset pada pencatatan akuntasi.

Bukan karena cinta sudah tak lagi di sana. Tidak, cinta tidak hilang. Kupu-kupu dalam perut mungkin sudah pergi entah ke mana, tapi cinta masih turut menyerta. Cinta tetap ada, hanya berubah saja wujudnya. Dia tumbuh mendewasa seiring waktu menuakan usia. Bukan lagi berupa asmara remaja yang penuh romansa. Bukan lagi tentang rasa berbunga-bunga dalam dada. Bukan lagi tentang sipu malu-malu saat perlahan jemari mendekat dan bertemu. Bukan lagi tentang mata yang kesulitan menutup di waktu tidur karena jantung terlalu kencang berdegup mengingat saat bibir saling mengecup.

Cinta berubah, menjadi keinginan untuk terus bertahan meski kenyataan tak lagi menampilkan hal yang indah-indah saja. 

(Serpong, 7 Mei 2020)

0 komentar:

Posting Komentar