Pages

Selasa, 19 Mei 2020

(Fiksi) Dunia Aladita - 2

Senin, 28 Januari 2019

Kalau disuruh menyebut dua hal di dunia ini yang bisa membuatku sebal sampai naik ke ubun-ubun, yang pertama adalah kecoa. Aku benci sekali makhluk itu. Saking bencinya, aku pernah berpikir untuk mengambil jurusan nuklir ketika kuliah nanti dan berencana membuat bom nuklir besar untuk memusnahkan populasi kecoa di dunia. Tapi kemudian aku tahu dari internet kalau kecoa ternyata kebal terhadap nuklir. Syukurlah aku tahu sekarang, sebelum aku benar-benar membuat mumet diri sendiri dengan memilih kuliah di bidang nuklir.

Hal kedua yang benar-benar jadi pemicu untuk aku terkena darah tinggi di usia muda adalah Ale. Dia adikku, usianya 3 tahun. Aku bukan membencinya, ngga. Yang bikin aku sebal adalah perlakuan Ibu dan Ayah padanya. Ale diperlakukan bagai pangeran pewaris tahta terakhir kerajaan. Bagai keramik dari dinasti China jaman dulu. Disayang-sayang sekali.

Pernah waktu itu secara ngga sengaja aku menginjak mobil-mobilan Ale sampai bannya lepas satu. Sumpah, ngga sengaja. Mobil-mobilannya nyelip di bawah karpet, aku ngga lihat. Ale menangis keras. Ibu marah, menyuruhku membeli mobil mainan baru untuk Ale sebagai ganti. Kukatakan aku ngga mau karena aku butuh uang untuk beli merchandise DTS, tapi Ibu ngga mau mengerti dan malah mengancam akan memotongnya sendiri dari uang sakuku. Dengan rasa keterpaksaan yang tinggi, akhirnya aku pergi membeli mobil mainan baru untuk Ale dan menghabiskan waktu setengah jam di hadapan dompetku menangisi merchandise yang batal kubeli.

Dan yang membuatku makin ingin mengepos Ale dengan paket kilat ke Azerbaijan, Ale baru saja menghabiskan lipgloss berwarnaku. Dia memakainya untuk menggambar. Ibu dan Ayah bukannya memarahi Ale lalu menghukumnya untuk menjadi pelayanku seumur hidup, mereka malah membela Ale dengan alasan dia masih kecil, ngga mengerti yang dia lakukan dan memintaku memaafkannya. Reaksiku? Emosiku yang sudah naik ke kepala tentu saja menolak. Aku pergi ke kamarku, menutup pintu, dan segera mencari di internet berapa biaya pengiriman paket ke Azerbaijan.

Tak lama terdengar suara ketukan di pintu. Ternyata Ibu dan Ale di sebelahnya. Dia bilang Ale benar-benar menyesal dan ingin memberi sesuatu sebagai tanda permintaan maaf. Dengan wajah digemas-gemaskan, Ale menyodorkan secarik kertas sambil meminta maaf padaku. Secarik kertas berisi gambar hati. Digambar dengan sesuatu berwarna pink. Lipgloss berwarnaku.

Sial, biaya pengiriman paket ke Azerbaijan mahal sekali.



0 komentar:

Posting Komentar