Bukan sombong atau pick me atau kepedean ngaku-ngaku sendiri yah, tapi bisa dibilang aku adalah salah satu manusia yang punya reputasi baik. Sumpah.
Teman kantorku punya suami yang agak protektif. Kalau pergi kemana-mana, perizinannya agak sulit. Ngga semudah itu dapat approval. Ada interogasi dulu yang dilakukan. Mau kemana, sama siapa aja, ada cowoknya atau ngga, pulang jam berapa, mau ngapain aja, sebutkan belalang bernafas dengan apa, dan pertanyaan lain yang prosesnya panjang.
Tapi begitu namaku disebut sebagai salah satu peserta yang ikut pergi, izin langsung disetujui. Oh ada Mbak Rosita, aman berarti. Boro-boro mabok ciu, separah-parahnya paling mabok karbo karena lanjut jajan kentang goreng habis makan Indomie. Wajah ini lugu bukan tanpa alasan. Akulah Rosita, si anak baik-baik. Ngga pernah nakal, ngga pernah aneh-aneh, kecuali makan biji salak pake bumbu kacang.
Tapi belakangan aku ngerasa aku sedang masuk fase rebel karena aku ngga se-anak-baik biasanya. Aku mulai terlibat dengan ulah nakal.
Seumur hidupku, aku madol cuma sekali. Itu pun waktu sudah kuliah, saat mata kuliah statistik. Awalnya temanku, si Kutilang mengompori. Lalu temanku satu lagi si Beruang mengipasi. Si Jerapah tergoda dan ikut merayu. Aku pun terhasut. Akhirnya kami berempat membolos, pergi main ke Taman Kota. Itu pengalaman madol pertamaku. Dan hari ini, daftarnya bertambah menjadi dua kali pengalaman. Iya, hari ini aku madol.
Tadi sore, tergoda rasa lapar karena makan siang yang ngga mengenyangkan, aku dan seorang temanku, Alfi, menyelinap keluar kantor lalu kabur jajan ke warung. Lebih parah lagi, sebelum kabur ke warung, kami juga sempat malak teman kami karena ngga ngantongin duit. Huhu apakah aku sedang memasuki fase nakal yang terlambat karena sebelumnya ngga pernah nakal?